Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Bahaya Kesehatan di Balik Jamu Cespleng

Kompas.com - 29/11/2022, 12:01 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

Dia mencontohkan, BKO deksametason, fenilbutazon, dan parasetamol yang dilaporkan sering ditemukan pada produk jamu pegal linu, di antaranya bisa memicu kelainan darah, gangguan hormon, hepatitis, gagal ginjal, atau kerusakan hati.

“Konsumsi deksametason saja (secara berlebihan) bisa menyebabkan moon face atau pembengkakan di wajah yang membuatnya menjadi lebih bulat. Daya tahan tubuh juga bisa terganggu yang kemudian membuat seseorang lebih berisiko terkena infeksi. BKO ini juga bisa mengganggu fungsi penglihatan,” jelas dia.

Ayu menerangkan, salah satu indikator produk jamu mungkin mengandung BKO adalah memiliki efek cespleng atau menyembuhkan segera setelah dikonsumsi. Sebab, efek ini jarang terjadi pada pemakian obat bahan alam.

Jika menemukan jamu demikian, masyarakat justru sebaiknya curiga dan melaporkan kepada BPOM atau Dinas Kesehatan setempat.

Selain BKO, dia mengingatkan masyarakat untuk dapat mewaspadai kemungkinan adanya penambahan bahan kimia yang ditujukan sebagai pewarna, pemanis, atau pengawet pada jamu.

Baca juga: Tak Hanya Jambu Biji, Berikut 10 Tanaman Obat Tradisional untuk DBD

Ayu mengatakan memang ada beberapa bahan pewarna sintetis yang masih diperbolehkan untuk dicampurkan ke dalam makanan atau obat oleh BPOM, tetapi itu harus dengan kadar tertentu.

“Konsumsi zat kimia berlebih atau dalam jangka panjang bisa menimbulkan efek merugikan bagi tubuh, terlebih itu termasuk bahan yang tidak seharusnya dicampur ke bahan pangan. Misalnya, penggunaan rodamin B untuk pewarna,” jelas dia.

Dokter Spesialis Anak di RS Brayat Minulya Solo, dr. Kurniawan Adi Putranto, Sp.A, juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kandungan BKO maupun bahan kimia lain yang tidak seharusnya digunakan dalam produk obat tradisional.

Dia memperingatkan, konsumsi jamu mengandung BKO bisa sangat berbahaya bagi anak-anak.

Sebab, konsumsi obat dengan dosis tidak terukur dapat menyebabkan berbagai efek samping merugikan, seperti kebingungan, rasa gugup, insomnia, tremor, ruam, kegemukan di area tertentu, bengkak, mulut kering, gangguan metabolik, dan bahkan kematian.

Senada dengan Ayu, Kurniawan menuturkan jamu yang mengandung BKO pada umumnya memiliki efek cespleng atau cepat timbul setelah dikonsumsi.

Dia menerangkan, ciri lain dari jamu yang mengandung BKO termasuk:

  • Efeknya bertahan singkat. Di mana, setelah jamu dikonsumsi, sakit yang sebelumnya dirasakan konsumsen akan timbul kembali hanya dalam waktu beberapa jam
  • Produk jamu diklaim dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit
  • Jika dilakukan pengamatan seksama tedapat butiran atau kristal yang merupakan bahan kimia yang ditambahkan

Kurniawan menjelaskan mengonsumsi jamu dengan pewarna tambahan juga bisa sangat berbahaya bagi tubuh, apalagi dalam kondisi jangka panjang.

Hal tersebut, kata dia, dapat menyebabkan kerusakan beberapa organ seperti pada lever, ginjal, atau malah menimbulkan kanker.

Baca juga: Kenali Apa itu Infeksi HPV, Penyebab Kanker Serviks dan Kutil Kelamin

“Untuk bisa mengetahui secara kasat mata jamu itu mengandung pewarna atau tidak, mungkin tak gampang. Meski begitu, jika diamati secara lebih teliti, warna jamu yang asli umumnya lebih lembut dan cenderung tak mencolok dibandingkan jamu yang tercampur pewarna tambahan,” jelasnya.

Perhatikan kemasan

Demi kebaikan bersama, Kurniawan pun sangat berharap kepada para pelaku usaha jamu untuk dapat bertindak jujur dengan menghasilkan produk obat tradisional secara aman dan legal.

Tak hanya terkait komposisi, para pelaku usaha jamu juga mesti memperhatikan keamanan dari kemasan yang akan digunakan.

Untuk jamu instan, pelaku usaha mesti memakai bahan kemasan yang telah lebih dulu mendapatkan persetujuan dari BPOM.

Sementara untuk jamu gendong, Kurniawan berpendapat, para pelaku usaha lebih baik menyimpannya di botol kaca, bukan botol plastik.

Dia menegaskan, pengemasan bahan makanan maupun obat yang baik adalah sebuah kunci untuk syarat higienisitas dari produk tersebut.

“Jamu gendong sebaiknya disimpan dengan wadah khusus yang bukan plastik karena biasanya dimasukkan ketika masih panas. Jika jamu sudah tidak panas, bisa dimasukkan ke botol plastik sekali pakai. Apabila kondisi pedagang tidak menggunakan plastik sekali pakai, maka alternatif lainnya adalah dengan menggunakan botol kaca dan pembersihan yang baik,” jelas dia.

Baca juga: Jangan Asal Pakai, Kenali 7 Jenis Plastik dan Bahaya Kesehatannya

Masyarakat melapor

Seorang warga Sukoharjo, Nining (30), juga berharap pemerintah bisa memperketat pengawasan terhadap peredaran produk jamu ilegal ketika tingkat konsumsinya cenderung naik di tengah pandemi Covid-19.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau