KOMPAS.com - Tahukah Anda bahwa rasa iri hati dapat menjadi memicu anak menjadi pelaku bullying?
Rasa iri hati ada ketika seseorang menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain. Dengan kata lain, orang yang iri merasa ketidakadilan hanya karena orang lain mendapatkan apa yang dikehendakinya.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika anak-anak merasa iri saat temannya dianggap lebih populer atau disukai.
Mereka juga mungkin merasa iri saat seseorang terpilih menjadi ketua kelas atau dipuji saat mendapat nilai bagus.
Baca juga: 4 Cara Atasi Dampak Bullying saat Kecil yang Terbawa hingga Dewasa
Apapun sumbernya, anak-anak yang iri hati cenderung mengingini apa yang dimiliki orang lain dan berharap hal itu menjadi miliknya.
Rasa iri hati pada anak-anak jika dibiarkan lama-kelamaan bisa menjadi akar dari perilaku intimidasi yang mengarah ke bullying.
Simak penjelasan berikut untuk mengatahui alasan iri hati dapat membuat anak menjadi pelaku bullying.
Berikut 2 alasan mengapa rasa iri dapat menyebabkan perilaku bullying pada anak-anak.
Kecemburuan atau iri hati dapat menimbulkan perasaan rendah diri, kekosongan, atau ketidaklayakan.
Dalam kasus ini, anak-anak ingin menutup kesenjangan antara apa yang dimiliki orang lain dan apa yang mereka inginkan.
Jadi, tujuan perilaku intimidasi mereka adalah untuk meningkatkan harga diri dengan mengorbankan orang lain.
Baca juga: Dampak Bullying di Tempat Kerja yang Harus Diwaspadai
Namun, iri hati adalah hasrat yang seolah tidak bisa dikenyangkan dengan perilaku bullying. Pelaku sebenarnya tidak pernah merasa puas atau harga dirinya melonjak setelah melukai orang lain.
Pada akhirnya, pelaku bullying memerlukan terapi dengan psikolog atau psikiater untuk mengatasi kecemburuannya terhadap hal-hal yang dimiliki orang lain dan demi lebih menghargai dirinya sendiri.
Rasa iri juga bisa dipicu oleh persaingan atau kompetisi. Anak-anak dapat menjadi kompetitif di semua bidang kehidupan, termasuk hubungan antar individu, dengan nilai di sekolah, atau status.
Dilansir dari Verywell Family, anak-anak kompetitif dan perfeksionis, biasanya iri kepada orang lain yang tampaknya memiliki kemampuan lebih.