Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peningkatan Kasus Diabetes Anak Terkait Tingginya Konsumsi Gula

Kompas.com - 11/03/2023, 10:19 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

 

KOMPAS.com - Lonjakan kasus diabetes pada anak di Indonesia dilaporkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia. Disebutkan, di tahun 2023 terjadi lonjakan 70 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya 0.028 per 100.000 jiwa.

Dari sekitar 1.645 anak pengidap diabetes yang dilaporkan, 90 persennya merupakan diabetes tipe 1 dan sisanya adalah diabetes tipe 2.

Dokter spesialis anak dr. Dana Nur Prihadi Sp.A(K), M.Kes., MH, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, menyebutkan bahwa diabetes tipe 1 mayoritas disebabkan oleh infeksi virus atau penyakit autoimun yang terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan.

“Orangtua mesti curiga jika anak mengalami penurunan berat badan padahal disaat yang sama si anak lebih banyak minum dan lebih banyak makan. Tiba-tiba mengompol di malam hari padahal sebelumnya tidak. Umumnya inilah gejala diabetes tipe 1 pada anak-anak,” ujar dr. Dana dalam diskusi media bertajuk ”Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan yang Tepat” di Jakarta, Rabu (8/3/2023).

Baca juga: Diabetes Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Apa Gejala dan Penyebabnya?

Menurut beberapa penelitian diabetes tipe 1 lebih disebabkan karena infeksi saat kehamilan dan di dua tahun pertama kehidupan. Faktor pola makan, dalam hal ini susu sapi memiliki pengaruh terhadap kejadian diabetes tipe 1, namun tidak signifikan atau sangat kecil pengaruhnya.

Pembicara dalam acara ?Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan yang Tepat? di Jakarta, Rabu (8/3/2023), dari kiri ke kanan; Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Pakar Perilaku Konsumen Prof.Ujang Sumarwan, dan dr.Dana Nur Prihadi Sp.A (K).
KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Pembicara dalam acara ?Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan yang Tepat? di Jakarta, Rabu (8/3/2023), dari kiri ke kanan; Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Pakar Perilaku Konsumen Prof.Ujang Sumarwan, dan dr.Dana Nur Prihadi Sp.A (K).

Sementara itu, diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat seperti kurang bergerak dan konsumsi makanan tidak sehat, dalam hal ini tinggi gula.

Prof.Dr.Ir.Ujang Sumarwan, M.Sc, Guru Besar Perilaku Konsumen, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor menegaskan bahwa saat ini konsumsi gula harian masyarakat, baik yang didapat dari makanan atau minuman, sudah tergolong berlebihan.

Tingginya konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia tergambar pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Terungkap, 47,8 persen responden mengonsumsi makanan manis 1-6 kali per minggu.

Sementara itu, pada anak-anak, 59,6 persen anak usia 3-4 tahun mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari dan 68,5 persen mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari.

Baca juga: 15 Tanda-tanda Anak Obesitas, yang Berisiko Alami Diabetes

“Konsumsi gula yang berlebihan ini tentu saja menambah besar risiko penyakit diabetes. Karena itu perlu tindakan preventif yang sangat serius dan tegas dalam membatasi kandungan gula dalam produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran,” tegas Ujang.

Pakar Perilaku Konsumen dari IPB ini lebih rinci menyebutkan gula terburuk terdapat pada makanan olahan, minuman olahraga, makanan penutup, dan jus buah.

Anak yang dibebaskan untuk mengasup makanan atau minuman tinggi gula setiap hari tentu dapat berdampak pada asupan kalori dan zat gizi secara berlebihan. Ini karena camilan yang disukai anak pada umumnya tinggi gula dan garam, namun rendah protein dan vitamin.

Cukai minuman manis

Kementerian Kesehatan menyarankan asupan gula per hari dibatasi sekitar 50 gram atau empat sendok makan untuk usia dewasa. Sementara Asosiasi Ahli Jantung Amerika Serikat (AHA) merekomendasikan batas maksimal konsumsi gula untuk anak usia 2-18 tahun kurang dari 24 gram per hari.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, pemerintah berupaya menekan angka diabetes melitus di masyarakat. Intervensi dilakukan secara komprehensif, mulai dari pencegahan, deteksi dini, penanganan, sosialisasi, hingga edukasi.

”Kementerian Kesehatan juga telah bersurat kepada Kementerian Keuangan terkait dengan pemberlakuan cukai untuk minuman berpemanis dalam kemasan,” katanya.

Ditambahkan oleh Ujang, aturan yang jelas tentang batasan konsumsi gula diperlukan untuk mengubah kebiasaan masyarakat. Di beberapa negara, ada aturan yang diterapkan untuk cukai gula. Industri makanan minuman yang mengurangi komponen gula akan diberikan insentif.

“Kebijakan publik yang tegas yang bisa membatasi konsumsi makanan dan minuman manis, terutama mulai dari sisi produksi amat dibutuhkan,” ujarnya.

Baca juga: Berapa Kadar Gula Darah Normal pada Orang Sehat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau