Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kemoterapi Menyebabkan Rambut Rontok?

Kompas.com - 29/03/2023, 12:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Rambut rontok merupakan salah satu efek samping yang umum dalam pengobatan kanker, terutama kemoterapi.

Deepti Chopra, MBBS, spesialis citra tubuh di Pusat Onkologi Psikiatri di MD Anderson Cancer Center menyebutkan, sebagian besar penyebab rambut rontok selama pengobatan kanker disebabkan oleh kemoterapi.

Alasan kemoterapi menyebabkan rambut rontok akan diulas lebih lanjut dalam artikel ini.

Baca juga: Apa Itu Kemoterapi, Prosedur, dan Efek Sampingnya

Kenapa kemoterapi menyebabkan rambut rontok?

Kemoterapi adalah tindakan yang paling umum untuk mengobati kanker dari berbagai jenis.

Mengutip Mayo Clinic, ini adalah perawatan yang menggunakan obat berbahan kimia kuat.

Cara kerja obat kemoterapi adalah dengan menyerang sel kanker yang berkembang pesat.

Sayangnya, obat ini juga bisa menyerang sel lain yang tumbuh dengan cepat di tubuh Anda, seperti sel di akar rambut Anda.

Kerontokan rambut ini bisa terjadi di seluruh tubuh, tidak hanya rambut kepala, tetapi juga bulu mata, alis, ketiak, kemaluan, dan bulu tubuh lainnya.

Baca juga: 18 Efek Samping Kemoterapi yang Perlu Diwaspadai

Namun, tidak semua jenis obat kemoterapi menyebabkan rambut rontok. Rambut rontok efek kemoterapi bisa juga terjadi karena dosis obat yang digunakan.

Mengutip MD Anderson Cancer Center, setiap orang juga memiliki respons yang berbeda terhadap obat kemoterapi.

Beberapa orang mungkin kehilangan seluruh rambut tubuhnya, sementara yang lain hanya mengalami penipisan ringan.

Jadi, rombut rontok efek samping kemoterapi bisa terjadi karena faktor jenis obat, dosis, dan kondisi tubuh pasien itu sendiri.

Anda bisa bertanya kepada dokter Anda untuk mengetahui apa jenis obat kemoterapi yang akan digunakan dan apakah itu memiliki potensi besar menyebabkan efek samping rambut rontok pada diri Anda.

Baca juga: Obat Kemoterapi untuk Kanker Rahim dan Efek Sampingnya

Proses terjadinya rambut rontok sebagai efek samping kemoterapi

Mengutip MD Anderson Cancer Center, kerontokan rambut efek kemoterapi biasanya terlihat sekitar 3 minggu setelah Anda menjalani pengobatan.

Rambut kepala biasanya rontok lebih dulu, diikuti oleh rambut dari bagian tubuh lainnya.

Kerontokan rambut bisa sangat cepat atau secara bertahap (lambat), tergantung individunya.

Dikutip dari Mayo Clinic, awalnya Anda mungkin akan melihat tumpukan rambut rontok di bantal, sikat rambut atau sisir, wastafel, atau saluran pembuangan kamar mandi.

Saat itu kulit kepala Anda mungkin terasa lebih lunak atau lembut dari biasa.

Baca juga: Bisakah Rambut Tumbuh setelah Kemoterapi?

Kerontokan rambut Anda akan berlanjut selama perawatan Anda dan hingga beberapa minggu sesudahnya.

Apakah rambut Anda menipis atau Anda benar-benar botak akan tergantung pada perawatan Anda.

Sebagian besar rambut rontok akibat kemoterapi bersifat sementara. Jadi, rambut Anda masih mungkin tumbuh lagi.

Mungkin rambut Anda bisa tumbuh lagi sekitar 3 hingga 6 bulan setelah pengobatan kanker ini Anda jalani.

Meskipun setelah rontok rambut bisa tumbuh lagi, pertumbuhan rambut baru kemungkinan memiliki warna atau tekstur yang berbeda untuk sementara.

Setelah menyimak alasan kenapa kemoterapi menyebabkan rambut rontok dan apa saja faktor yang memengaruhinya di atas, penderita kanker tak perlu berkecil hati dengan efek samping kemoterapi ini. Hal terpenting, pengobatan penyakit bisa tuntas dan Anda sehat kembali.

Baca juga: 4 Cara Mengobati Kanker Tulang yang Perlu Diketahui

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
 
Pilihan Untukmu
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Health

Muncul Kasus Atlet Makan Daging Ayam Tiren, Ini Kata Dokter…

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Kronologi Jonathan Frizzy Tersangka Kasus Vape Obat Keras

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Jadi Tersangka Kasus Vape Obat Keras, Jonathan Frizzy Ditangkap Polisi

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Jonathan Frizzy Tersangka Kasus Vape Mengandung Obat Keras

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Lifestyle

Apa Itu Etomidate, Obat Keras dalam Vape yang Libatkan Jonathan Frizzy?

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Jonathan Frizzy Tersangka Kasus Vape Obat Keras Etomidate, Apa Itu?

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Regional

Kemendag: Tidak Semua Perusahaan Bisa Impor Sianida

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Regional

Seorang Pendemo Hari Buruh di Bandung Ditangkap, Polisi: Positif Obat Keras

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Prov

Buntut Video Sawer di Kelab Malam, Wali Kota Tual Siap Laporkan Penyebar ke Polisi

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

Health

Etomidate yang Digunakan Jonathan Frizzy untuk Vape, Dokter: Ini Bukan Zat Hiburan

api-2 . CONTEXT
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Eks Marinir yang Gabung Militer Rusia Ternyata Pecatan TNI AL

api-2 . MOST-POPULAR
Konten disembunyikan.
Muat ulang halaman untuk perbarui rekomendasi.

News

Jadi DPO OPM, Lenis Kogoya: Saya Tidak Pernah Takut

api-2 . MOST-POPULAR

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kenapa Paus Baru Robert Francis Prevost Memilih Nama "Leo XIV"?
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau