KOMPAS.com - Permainan online yang bisa memuat konten dewasa dan dimainkan oleh anak-anak, seperti roleplay (RP) telah menjadi fenomena sosial.
Dr. Zulvia Oktanida Syarif SpKJ menyarankan para orangtua mengambil sikap tegas, tetapi tetap bersahabat untuk menangani anak yang sudah kecanduan permainan online seperti roleplay.
"Orangtua perlu menyikapi dengan bijak fenomena ini. Artinya, orangtua tetap perlu menghadapinya dengan tenang," ujar dokter yang biasa disapa Vivi saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (21/6/2023).
Baca juga: Kenali Perubahan Perilaku Anak yang Kecanduan Gadget
Pertama-tama, orangtua harus mencari tahu dahulu seluk-beluk permainan yang dimainkan si anak dan kemungkinan dampak buruk baginya.
"Kemudian, dekati anak, cari tahu apa yang dia cari dari bermain ini," kata Dr. Vivi.
Bisa ada banyak kemungkinan alasan anak kecanduan bermain roleplay. Salah satunya, mungkin anak merasa kurang perhatian.
"Mungkin dia depresi di keluarga karena orangtua yang sibuk bekerja, sehingga ia mencari kebahagiaan lain dari bermain RP ini," ungkapnya.
Baca juga: 7 Dampak Kecanduan Gadget pada Kesehatan
Penyebab bermain roleplay tersebut harus terlebih dahulu diatasi oleh orangtua bersama anak.
Selanjutnya, orangtua harus mencari tahu dampak psikologis yang mungkin sudah ada pada anak dari kebiasaan bermain roleplay.
"Kalau memang kesulitan, orangtua bisa mencari bantuan profesional, bisa ke psikolog atau psikiater, untuk anak dinilai lebih lanjut apakah sudah memiliki dampak psikologis akibat permainan ini" terangnya.
Jika sudah ada dampak psikologis pada anak dari kecanduan roleplay, ia mungkin membutuhkan terapi.
Baca juga: 11 Ciri-ciri Anak Kecanduan Pornografi
Dr. Vivi menilai bentakan atau amarah yang meluap-luap dari orangtua kepada anak tidak efektif untuk menyampaikan pesan tentang dampak buruk dari kacanduan bermain roleplay online.
"Coba untuk kelola emosi agar tidak emosional ketika menghadapi anak yang ternyata bermain atau bahkan sudah kecanduan ini," ujarnya.
"Kalau orangtua berekasi dengan marah-marah, anak sulit menangkap maksudnya apa, apa pesannya," imbuhnya.
Ia mengatakan bahwa anak-anak cenderung masih sulit menangkap pesan tersirat dari orangtua, tanpa penjelasan konkret.
Baca juga: Bagaimana Bentakan Memengaruhi Perkembangan Otak Anak?