KOMPAS.com - Sebagian wanita mungkin pernah mengalami gatal-gatal pada area klitoris atau tonjolan kecil di dalam vagina. Meski klitoris gatal bisa membuat wanita merasa tak nyaman, kondisi ini biasanya tidak perlu Anda khawatirkan.
Dalam kebanyakan kasus, penyebab klitoris gatal bukan karena kondisi medis serius dan dapat diatasi dengan cara alami atau menggunakan obat dan/atau krim topikal yang dijual bebas.
Namun dalam kasus tertentu, seorang wanita mungkin memerlukan perawatan medis di fasilitas pelayanan kesehatan.
Simak penjelasan berikut untuk mengetahui penyebab klitoris gatal dan cara mengatasinya.
Baca juga: Mengenal Apa itu Klitoris pada Wanita, Fungsi, Bentuk, dan Letaknya
Disarikan dari Healthline dan Verywell Health, berikut beberapa penyebab klitoris wanita merasa gatal:
Bentuk klitoris memang kecil, namun organ reproduksi tersebut mengandung ribuan ujung saraf dan sangat sensitif terhadap rangsangan seksual.
Gatal pada klitoris terjadi saat bagian organ reproduksi wanita mendapat rangsangan oral maupun sentuhan
Selain itu, saat seorang wanita mendapat rangsangan seksual, aliran darah ke area klitoris akan meningkat. Hal ini menyebabkan klitoris bengkak, menjadi lebih sensitif dan terasa gatal.
Gatal pada klitoris cukup sering terjadi selama kehamilan. Kondisi ini bisa dipicu karena perubahan hormonal atau peningkatan volume dan aliran darah
Saat hamil, wanita juga memiliki risiko lebih besar terkena infeksi jamur dan vaginosis bakterialis yang menyebabkan organ reproduksi wanita gatal-gatal.
Dermatitis kontak di area vagina atau klitoris disebabkan oleh kontak langsung dengan suatu zat yang memicu alergi.
Tidak hanya memicu klitoris gatal, Anda juga bisa mengalami benjolan atau lepuh yang dapat pecah maupun mengeras.
Beberapa zat yang terkandung pada sabun mandi, deterjen, lotion, atau wewangian bisa menyebabkan dermatitis kontak pada klitoris dan area sekitarnya.
Baca juga: Termasuk Rangsangan Seksual, Ini 4 Penyebab Klitoris Membesar
Infeksi jamur paling kerap terjadi pada pengidap diabetes atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Infeksi jamur dapat menyebabkan rasa gatal yang hebat pada jaringan di sekitar lubang vagina Anda.
Vaginosis bakterialis adalah infeksi yang terjadi ketika bakteri di vagina Anda tidak seimbang.
Vaginosis bakterialis bisa menyebabkan klitoris gatal, keluarnya cairan encer berwarna abu-abu atau putih, dan bau amis atau busuk di area kewanitaan.
Gangguan medis ini bisa terjadi akibat kebiasaan mandi air panas, infeksi menular seksual (IMS), dan pemakaian IUD.
Infeksi menular seksual (IMS) menular dari satu penderita ke orang lain melalui kontak seksual, termasuk penetrasi dan seks oral.
Selain klitoris gatal, penderita IMS dapat mengalami kondisi seperti vagina berbau, luka atau lecet pada vagina, rasa sakit ketika berhubungan seks, dan nyeri saat buang air kecil.
Lichen Sclerosus adalah kelainan yang biasanya menyerang kulit pada vulva (area di luar vagina), anus, atau penis.
Tanda lichen sclerosus yang paling umum adalah timbulnya bercak putih halus pada kulit area genital.
Meskipun lichen sclerosus dapat menyerang siapa saja, penyakit ini kerap terjadi pada wanita berusia 40 -60 tahun.
Baca juga: Memahami Keberadaan G-Spot pada Wanita, Beda dengan Klitoris
Meski biasanya dipicu oleh kondsi yang tidak terlalu serius, klitoris gatal bisa menjadi ciri kanker vulva ataukanker yang menyerang permukaan luar vagina.
Segeralah ke dokter jika gatal tak kunjung membaik dan mengalami kondisi seperti:
Jika Anda merasa tak nyaman akibat klitoris gatal jangan ragu periksa ke dokter untuk mengetahui penyebab dari gangguan kesehatan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.