Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks Teknologi Wolbachia Terkait Misi Bill Gates

Kompas.com - 21/11/2023, 12:00 WIB
Agustin Tri Wardani,
Shintaloka Pradita Sicca

Tim Redaksi

Justru, teknologi nyamuk wolbachia memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat, yaitu bisa menghambat perkembangan virus dengue dan menekan kasus DBD di Indonesia.

Seperti pada riset wolbachia di Yogyakarta yang menghasilkan bukti ilmiah terbaik, yaitu menurunkan 77 persen kejadian dengue dan 86 persen rawat inap akibat dengue.

Baca juga: Kenali Prinsip 3M Plus untuk Cegah Demam Berdarah Dengue

Mengenal nyamuk wolbachia

Prof. Uut menerangkan bahwa wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat dalam 50 persen serangga yang ada di sekitar kita.

Wolbachia adalah bakteri alami yang biasa ditemukan pada beberapa jenis serangga, seperti ngengat, kupu-kupu, dan lalat buah, termasuk nyamuk Aedes aegypti.

Sehingga, para peneliti mencoba teknologi wolbachia dengan memasukan bakteri ini pada telur nyamuk Aedes aegypti.

Baca juga: 2 Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Berdarah Dengue

"Nyamuk Aedes aegypti berwolbachia tidak ada bedanya dengan yang ada di alam. Dan bakteri wolbachia yang ada di tubuh nyamuk tidak berbeda dengan wolbachia yang ada di inang aslinya, yaitu lalat buah," ujarnya.

Jika seekor serangga jantan berwolbachia kawin dengan betina tanpa wolbachia, maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan menetas.

Jika betinanya yang mengandung wolbachia, sementara yang jantan tidak, maka telur-telur serangga tersebut akan menetas dan semuanya akan mengandung wolbachia.

Jika keduanya mengandung wolbachia, maka telur-telur yang dihasilkan akan menetas dan semuanya akan mengandung wolbachia.

Seiring waktu diharapkan jumlah serangga yang mengandung wolbachia dalam beberapa generasi akan meningkat drastis, sehingga pada sebagian besar populasi serangga sudah berwolbachia.

Baca juga: Ciri-ciri Demam Berdarah Dengue pada Bayi, Beda dari Orang Dewasa

"Bakteri wolbachia yang dimasukan pada tubuh nyamuk aedes aegypti akan bekerja menghambat atau memblokir perkembangan virus dengue. Sehingga, ketika nyamuk aedes aegypti tersebut menggigit manusia, maka virusnya tidak ikut berpindah ke manusia," kata Prof. Uut. 

Teknologi wolbachia telah melewati analisis risiko dari 2016-2020 oleh para peneliti Kementerian Riset dan Teknologi yang melibatkan 20 pakar dari berbagai bidang dan menghasilkan risiko yang dapat diabaikan.

Selain itu, nyamuk wolbachia menjadi kebijakan Kementerian Kesehatan yang telah didasarkan oleh analisis risiko, bukti ilmiah terbaik, rekomendasi, AIPI, dan rekomendasi Vector Control Advisory Group (VCAG) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Oleh karenanya, teknologi nyamuk wolbachia ini terus berkembang ke tahap yang lebih besar dan menjadi sebuah intervensi kesehatan masyarakat yang berjangka panjang.

Baca juga: 3 Cara Cegah Demam Berdarah Dengue (DBD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau