Kurangnya waktu istirahat yang berkualitas dapat mengganggu ritme sirkadian, yang merupakan jam biologis tubuh, dan memicu masalah tidur seperti insomnia sehingga akan memengaruhi kinerja dan kesehatan umum.
Baca juga: Apakah Burnout dan Stres Sama? Berikut 3 Perbedaannya
Sebuah kesalahan umum bahwa menganggap bekerja terus-menerus sebagai kunci produktivitas yang tinggi.
Pasalnya, bekerja secara terus-menerus dapat memicu kelelahan kronis yang juga dapat merugikan produktivitas dan kreativitas, karena otak dan tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk pulih dan meregenerasi.
Bekerja tanpa liburan meningkatkan risiko burnout yang merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan kelelahan kronis, kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai, dan perasaan keputusasaan.
Burnout dapat menyebabkan penurunan motivasi, ketidakpuasan kerja, dan penurunan performa kerja secara keseluruhan.
Kurangnya waktu libur dapat merusak hubungan interpersonal karyawan, baik di tempat kerja maupun di rumah.
Kesulitan dan kurangnya ketersediaan untuk berkomunikasi dapat memicu konflik dan isolasi sosial.
Bekerja tanpa liburan tidak sekadar indikator keberhasilan karena dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang lebih serius.
Memahami dampak negatif kerja keras untuk kesehatan di atas sangatlah penting agar Anda bisa melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.
Meskipun begitu, Anda yang mengalami masalah kesehatan tertentu karena bekerja terlalu keras perlu segera mencari bantuan medis sehingga bisa mendapatkan pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Silent Treatment dan Dampaknya untuk Kesehatan Mental
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.