Menimbun barang-barang dapat menjadi mekanisme untuk menghindari perasaan tersebut.
Barang-barang yang mungkin dianggap tidak berharga oleh orang lain memiliki nilai sentimental bagi individu yang mengalami gangguan ini, dan melepaskannya dapat menciptakan kecemasan yang signifikan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan hoarding disorder dapat memiliki kelainan kognitif yang mempengaruhi cara mereka memproses informasi tentang barang-barang.
Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau memilah-milah barang karena persepsi yang terdistorsi terhadap nilai atau kegunaan barang.
Ada indikasi bahwa faktor genetik juga dapat memainkan peran dalam munculnya hoarding disorder.
Selain itu, lingkungan tempat seseorang dibesarkan dan tinggal juga dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan gangguan penimbunan ini.
Baca juga: 2 Perbedaan antara Kecemasan dan Depresi
Hoarding disorder seringkali terkait erat dengan gangguan kesehatan mental lainnya seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Kombinasi faktor-faktor ini dapat saling memperkuat dan memperburuk gejala penyakit mental.
Hoarding disorder adalah gangguan kompleks yang melibatkan berbagai faktor dari latar belakang pribadi, psikologis, dan lingkungan.
Memahami akar penyebabnya adalah langkah pertama untuk mengembangkan pendekatan perawatan yang efektif.
Terapi kognitif perilaku, dukungan keluarga, dan pengelolaan stres dapat membantu individu yang mengalami hoarding disorder untuk memahami dan mengatasi tantangan yang dihadapi mereka.
Dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang gangguan ini, kita dapat mendukung upaya untuk mengidentifikasi dan memberikan bantuan kepada individu yang terkena dampak hoarding disorder.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.