Sebenarnya, banyak faktor yang bisa menyebabkan penyakit jantung. Namun, dampak negatif dari gaya hidup sedentari merupakan faktor terbesarnya.
Kolesterol (zat seperti lemak) dapat dipengaruhi juga oleh perilaku sedentari.
Perilaku ini bisa menyebabkan Anda memiliki kolesterol tinggi, di mana dalam aliran darah kolesterol jahat (lipoprotein densitas rendah/LDL) terlalu banyak dan tidak cukup mengandung kolesterol baik (lipoprotein densitas tinggi/HDL).
Kolesterol tinggi kemudian berpotensi menyebabkan pengerasan arteri, masalah pembuluh darah, dan banyak lagi.
Baca juga: 10 Dampak Gaya Hidup Sedentari yang Mengancam Manusia Modern
Tekanan darah tinggi (hipertensi) terjadi ketika darah mendorong terlalu kuat ke seluruh tubuh, sehingga membuat jantung bekerja terlalu keras.
Jika jantung kamu bekerja terlalu keras, hal itu dapat menyebabkan melemahnya pembuluh darah.
Menjadi lebih aktif mungkin merupakan cara mudah untuk menjaga tekanan darah Anda pada tingkat yang seharusnya.
Tidak banyak bergerak dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan perubahan pada tubuh Anda. Hal ini dapat mengakibatkan resistensi insulin dan berpotensi menjadi diabetes tipe 2.
Mengutip Mens Health, sebuah studi 2020 menunjukkan bahwa kadar gula darah kamu bisa meningkat, jika Anda terlalu lama duduk di kursi, bahkan jika berat badan kamu normal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengurangi waktu duduk dan meluangkan waktu istirahat untuk bergerak dapat bermanfaat dalam meningkatkan regulasi gula darah pada diabetes tipe 2.
Perilaku sedentari berarti lebih sedikit bergerak, sehingga lebih sedikit kalori yang dibakar.
Orang dewasa dan remaja disarankan untuk melakukan aktivitas fisik minimal 2,5 jam per minggu untuk mengurangi kemungkinan penyakit jantung.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hanya satu dari lima orang yang berolahraga sebagaimana mestinya.
Hal ini dapat mengakibatkan penambahan berat badan yang tidak diinginkan dan berpotensi menjadi obesitas.
Baca juga: 8 Tanda-tanda Gaya Hidup Sedentari Sudah Memengaruhimu
Perilaku tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko terkena kanker endometrium, ovarium, dan kanker lainnya.