Seseorang yang hidup dengan gangguan kecemasaan saat tumbuh dewasa berisiko juga mengalami Peter Pan Syndrome.
Orang dengan gangguan kecemasan kemungkinan akan bergantung pada orang lain untuk bertahan hidup, mendapatkan arahan dan menentukan keputusan.
Orang dewasa pada dasarnya dibiarkan mengurus diri mereka sendiri, mengambil keputusan dalam hidup, menjalani komitmen, serta menghidupi diri sendiri dan orang lain.
Kesepian karena pilihan atau persepsi yang dipaksakan dapat juga melemahkan dan menimbulkan masalah mental.
Dalam kasus seperti ini, seseorang mungkin mengalami kemunduran ke tahap kehidupan sebelumnya (masa kanak-kanak) dalam upaya untuk merasa dicintai dan didukung.
Karena merasa sangat membutuhkan perhatian, mereka mungkin melakukan apa saja, termasuk bertindak seperti anak kecil atau enggan memikul lebih banyak tanggung jawab.
Banyak orang dengan Peter Pan Syndrome mengalami ketakutan terhadap komitmen (baik dalam hubungan personal maupun pekerjaan), atau ketakutan terhadap keputusan apa pun yang membuat mereka harus bertanggung jawab penuh.
Daripada mengambil risiko, mereka memutuskan untuk tidak berkomitmen karena menganggap itu merupakan alternatif yang lebih aman.
Baca juga: Dampak Judi untuk Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya
Narsisme adalah faktor umum lainnya yang terkait dengan Peter Pan Syndrome.
Mereka yang memiliki kecenderungan narsistik percaya bahwa mereka berhak atas perlakuan yang istimewa dari orang lain, sehingga mereka bersikap kenak-kanakan.
Mengingat sebagian besar orang yang menunjukkan perilaku ini adalah laki-laki, peran gender mungkin berperan.
Stereotip dan ekspektasi masyarakat tradisional adalah bahwa perempuan harus mengurus rumah dan anak-anak.
Ada juga keyakinan bahwa perempuan harus mendukung pasangannya apa pun yang terjadi, bahkan jika mereka menunjukkan perilaku kekanak-kanakan.
Pada akhirnya, peran masyarakat ini dapat memperkuat dan mengaktifkan Peter Pan Syndrome.
Faktor lain yang berkontribusi mungkin termasuk trauma masa kecil. Dalam kasus ini, misalnya, anak-anak yang tumbuh dalam keadaan banyak tekanan, terkadang akan muncul kebutuhan untuk menghidupkan kembali masa kanak-kanak saat masa dewasa.
Demikianlah, pemicu berkembangnya Peter Pan Syndrome bisa berbeda untuk setiap orang.
Terlepas dari faktor-faktor yang berpotensi berkontribusi terhadap berkembangnya sindrom ini, inti dari pola perilaku ini adalah terdapat kesulitan dalam menoleransi tekanan atau perasaan tidak nyaman.
Baca juga: Bukan Sekadar Hormon, Begini Peran Dopamin untuk Kesehatan Mental
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.