Konsekuensi dari malnutrisi ganda lebih dari sekadar angka di timbangan. Stunting berdampak pada perkembangan kognitif yang lebih rendah, berujung pada produktivitas kerja yang lebih rendah di masa depan.
Sementara obesitas meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan stroke, membebani sistem kesehatan dan ekonomi negara.
Dua masalah ini menciptakan lingkaran setan: anak yang tumbuh dengan gizi buruk memiliki risiko lebih besar mengalami obesitas saat dewasa, terutama jika terbiasa dengan pola makan tinggi gula dan lemak sejak dini.
Baca juga: Ancaman Penghentian Hibah Global Fund, Indonesia Siap Menanggung Biayanya?
Mengatasi malnutrisi ganda bukan sekadar meningkatkan akses terhadap makanan sehat, tetapi juga mengubah kebiasaan konsumsi masyarakat.
Beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan:
Pertama, subsidi makanan bergizi. Jika makanan olahan murah karena produksi massal, makanan sehat juga harus didukung dengan kebijakan harga yang kompetitif.
Subsidi untuk protein hewani, sayur, dan buah lebih strategis dibanding sekadar menekan harga beras.
Kedua, regulasi industri pangan. Batasi kandungan gula, garam, dan lemak trans pada produk makanan olahan, serta berlakukan label gizi yang lebih transparan.
Jika rokok memiliki peringatan kesehatan, makanan tinggi gula dan lemak seharusnya diperlakukan sama.
Ketiga, edukasi gizi yang masif. Pendidikan gizi harus dimulai sejak dini, termasuk dalam kurikulum sekolah. Kesadaran terhadap pola makan sehat harus ditanamkan sejak kecil agar tidak terbawa hingga dewasa.
Keempat, revitalisasi program pangan lokal. Ketahanan pangan berbasis produksi lokal bisa menjadi solusi, memastikan akses terhadap makanan bergizi tanpa bergantung pada produk olahan impor.
Baca juga: Menata Ulang Kebijakan BPJS: Membatasi Klaim Melahirkan
Jika kita tidak segera mengambil langkah nyata, Indonesia bisa menghadapi generasi yang tidak kompetitif akibat kombinasi defisit kognitif dari stunting dan tingginya beban penyakit akibat obesitas.
Ini bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga tantangan ekonomi dan ketahanan nasional.
Perbaikan pola makan dan kebijakan pangan yang lebih berpihak pada kesehatan masyarakat adalah kunci untuk keluar dari jebakan malnutrisi ganda.
Kita tidak bisa membiarkan satu generasi tersandera oleh makanan murah yang mahal akibat dampak jangka panjangnya.
Negara dengan generasi sehat dan produktif adalah negara yang siap menghadapi persaingan global. Saatnya memperlakukan kesehatan sebagai investasi, bukan sekadar biaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.