Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Puspita Wijayanti
Dokter, Aktivis Sosial, Kritikus

Saya adalah seorang dokter dengan latar belakang pendidikan manajemen rumah sakit, serta pernah menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sebelum memutuskan keluar karena menyaksikan langsung dinamika perundungan dan ketidakadilan. Sebagai aktivis sosial dan kritikus, saya berkomitmen untuk mendorong reformasi dalam pendidikan kedokteran dan sistem manajemen rumah sakit di Indonesia. Pengalaman saya dalam manajemen rumah sakit memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya sistem yang berfungsi baik, bukan hanya dalam aspek klinis, tetapi juga dalam melindungi kesejahteraan tenaga kesehatan.

Ketika Ruang Pemeriksaan Pasien Tak Lagi Aman

Kompas.com - 15/04/2025, 10:16 WIB
1
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di Amerika Serikat dan Kanada, pendekatan trauma-informed design mulai diterapkan di klinik dan rumah sakit.

Baca juga: Residen Tanpa Nurani, Rumah Sakit Tanpa Pengawasan

Family Tree Clinic di Minneapolis merancang ruang pemeriksaan ginekologi dengan pintu buram, pencahayaan lembut, dan area pendamping yang terintegrasi.

Women’s College Hospital di Toronto mewajibkan pendamping saat pemeriksaan internal dan menyediakan cermin agar pasien melihat tangan dokter.

NHS di Inggris bahkan menempelkan QR code di ruang pemeriksaan untuk pelaporan cepat dan anonim oleh pasien.

Mereka memahami satu hal penting: ruang adalah bagian dari sistem perlindungan, bukan sekadar fasilitas.

Kriminologi dan kekuasaan yang tak terlihat

Dalam teori kriminologi, pelecehan oleh otoritas profesional termasuk dalam penyalahgunaan relasi asimetris, di mana pelaku memegang kendali penuh atas kondisi fisik dan psikologis korban.

Prof. Adrianus Meliala menyebut ini sebagai bentuk kekerasan seksual yang ekstrem karena terjadi dalam atmosfer kepercayaan mutlak.

Desain ruang yang permisif terhadap kekuasaan tunggal tanpa kontrol sosial memperbesar peluang penyimpangan. Dan dalam konteks ini, arsitektur menjadi bagian dari konspirasi diam, yaitu menciptakan ilusi keamanan, sambil mematikan suara korban.

Baca juga: BPJS Kesehatan Defisit: Iuran Naik atau Subsidi Ditambah?

Indonesia membutuhkan standar baru, desain ruang pemeriksaan yang berorientasi pada perlindungan, bukan hanya efisiensi. Beberapa prinsip yang harus segera diadopsi:

  • Kehadiran pendamping sebagai default, bukan pengecualian.
  • Cermin reflektif di ruang pemeriksaan sensitif.
  • Sistem pelaporan langsung dan anonim.
  • Verbal consent di setiap tahapan, bukan hanya tanda tangan awal.
  • Desain ruang yang memungkinkan pasien melihat, memahami, dan merasa berdaya.

Ini bukan sekadar estetika. Ini tentang keadilan, martabat, dan keselamatan tubuh manusia.
Jika ruang bisa menyembunyikan kejahatan, maka ia juga bisa didesain untuk menghalanginya.

Kita terlalu lama percaya bahwa kunci keselamatan pasien ada di sumpah dokter. Padahal sebagian jawabannya bisa jadi justru terletak di letak jendela, keberadaan cermin, dan tombol darurat yang tidak pernah dipasang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
1
Komentar
mau di ruang terbuka mau tertutup itu kembali lagi ke moral manusia nya tenaga medis nya.jika otak nya sudah mesum munculah kriminal.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suasana Upacara Pembukaan Konklaf saat 133 Kardinal Memasuki Kapel Sistina
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau