Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2021, 08:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tendon merupakan jaringan tebal yang berfungsi untuk menghubungkan otot dan tulang.

Semua kegiatan yang dilakukan manusia melibatkan gerakan tendon pada persendian. Hal ini menyebabkan tendon rentan terhadap cedera.

Salah satu cedera pada tendon adalah tendinitis atau yang juga disebut tendonitis, yaitu peradangan atau iritasi pada tendon.

Baca juga: Cedera Tendon Achilles

Peradangan ini menyebabkan tendon terasa sakit dan nyeri di luar sendi sehingga penderita sulit menggerakkan sendi yang terkena.

Kondisi ini sering disebabkan oleh gerakan berulang. Tendinitis dapat terjadi hampir di semua area tubuh.

Namun, biasanya tendinitis terjadi pada pangkal ibu jari, siku, bahu, lutut, panggul, pergelangan tangan, dan tumit.

Tendinitis memiliki sebutan yang berbeda yang disesuaikan dengan area yang terkena, seperti:

  1. Tendonitis patellar
  2. Swimmer’s shoulder
  3. Jumper’s knee
  4. Pitcher’s shoulder
  5. Golfer’s elbow
  6. Tennis elbow

Tendinitis dapat berlangsung dalam jangka pendek (akut) maupun jangka panjang (kronis), tergantung tingkat keparahan cedera.

Gejala

Merangkum Medical News Today dan WebMD, berikut beberapa gejala tendinitis:

  • Nyeri tumpul pada area sekitar sendi, seperti tendon, ligamen, dan otot yang terkena
  • Rasa sakit yang memburuk saat menggerakkan sendi yang terkena dan membaik dengan istirahat
  • Perasaan tendon berderak saat bergerak
  • Pembengkakan, kehangatan, dan kemerahan pada area sendi yang terkena
  • Muncul benjolan di sepanjang tendon
  • Frozen shoulder atau adhesive capsulitis, yaitu kondisi di mana bahu tidak dapat digerakkan.

Baca juga: Bagaimana Diabetes Bisa Menyebabkan Kerusakan Tendon?

Penyebab

Dikutip dari Healthline, tendinitis paling sering terjadi karena gerakan berulang pada tendon tertentu saat bekerja atau berolahraga.

Risiko semakin meningkat jika melakukan gerakan berulang yang tidak benar dan terjadi secara berulang kali.

Tendinitis juga dapat disebabkan oleh cedera dan proses penuaan yang menyebabkan kemampuan tendon menurun.

Selain itu, tendinitis juga dapat disebabkan oleh cedera tiba-tiba akibat aktivitas fisik, kecelakaan, atau olahraga.

Faktor risiko

Merangkum Mayo Clinic dan WebMD, terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko mengalami tendinitis, yaitu:

  1. Berpartisipasi dalam olahraga tertentu, seperti tenis, golf, bowling, dan basket
  2. Memiliki pekerjaan atau kegiatan yang memerlukan:
    - tenaga besar atau kuat
    - melakukan gerakan berulang
    - mengangkat beban di atas kepala
  3. Berusia di atas 40 tahun
  4. Postur tubuh yang salah saat bekerja atau melakukan aktivitas sehari-hari
  5. Memiliki kebiasaan atau cara berjalan yang buruk
  6. Melakukan teknik olahraga yang salah
  7. Memiliki tulang dan persendian yang letaknya tidak normal, seperti radang sendi dan perbedaan panjang kedua kaki sehingga menekan struktur jaringan lunak
  8. Memiliki masalah kesehatan lain yang menyebabkan stres, seperti gout, rheumatoid arthritis, psoriasis arthritis, gangguan tiroid, atau reaksi obat yang tidak biasa
  9. Melakukan aktivitas atau pergerakan yang tendon tidak biasa lakukan secara berlebihan dan terlalu cepat
  10. Infeksi, biasanya akibat gigitan kucing atau anjing pada tangan atau jari.

Baca juga: 7 Penyebab Nyeri Otot yang Bisa Terjadi

Diagnosis

Mengutip Healthline, tendinitis umumnya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan anamnesis mengenai gejala yang dirasakan.

Dokter juga akan memeriksa sensitivitas tendon yang terkena dan melihat jangkauan gerak penderita.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin melakukan pemeriksaan penunjang, seperti MRI, rontgen, atau USG, untuk melihat apakah terdapat robekan atau dislokasi sendi

Perawatan

Dirangkum dari Arthritis Foundation dan Mayo Clinic, tujuan pengobatan tendinitis adalah untuk menghilangkan rasa sakit dan mengurangi peradangan.

Berikut beberapa metode penanganan untuk mengatasi tendinitis:

  1. Obat-obatan, seperti:
    - obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, aspirin, dan naproxen untuk meredakan nyeri dan peradangan
    - Suntikan kortikosteroid pada area tendon yang terkena untuk meringankan rasa sakit
    - Terapi platelet rich plasma (PRP), menyuntikkan trombosit dari sampel darah penderita pada area yang mengalami tendinitis kronis
  2. Pemasangan penyangga
    Splint, braces, atau arm sling, dapat digunakan untuk menyangga area yang terkena dan mengurangi pergerakan pada area tersebut
  3. Fisioterapi
    Penderita menjalani latihan khusus untuk meregangkan dan memperkuat tendon yang meradang, serta mengembalikan fungsi gerak
  4. Tindakan medis, meliputi:
    - Terapi ultrasound, untuk menghilangkan jaringan parut tendon dengan menggunakan paparan gelombang suara ultrasonik
    - Dry needling, menggunakan jarum khusus untuk merangsang faktor-faktor yang terlibat dalam proses penyembuhan tendon
    - Operasi, untuk menangani tendinitis yang parah, misalnya menyebabkan tendon robek atau terlepas dari tulang.

Baca juga: Nyeri Tumit

Selain itu, terdapat beberapa cara yang dapat mempercepat proses pemulihan, seperti:

  1. Istirahatkan tendon yang mengalami peradangan
  2. Hindari aktivitas yang memberikan tekanan pada area yang cedera
  3. Kompres dengan es yang dilapisi handuk atau kain pada bagian yang mengalami tendinitis selama 20 menit beberapa kali sehari
  4. Lilitkan perban elastis pada bagian yang cedera untuk mengurangi pembengkakan
  5. Posisikan area tendinitis lebih tinggi dari jantung, jika terjadi pada lutut maka posisikan lutut pada tumpukan bantal sebagai penyangga saat tidur.

Pencegahan

Mengutip Cleveland Clinic, berikut beberapa cara untuk mencegah tendinitis:

  1. Hindari aktivitas dengan gerakan berulang, lakukan peregangan atau beristirahatlah setiap 30 menit
  2. Terapkan posisi postur tubuh yang tepat untuk semua aktivitas
  3. Hindari aktivitas yang memberi tekanan berlebih pada tendon
  4. Jangan gunakan satu tangan untuk membawa atau memegang benda yang berat
  5. Hindari duduk dengan kaki terlipat di bawah
  6. Segera hentikan aktivitas jika merasa sakit
  7. Lakukan peregangan dan pemanasan sebelum memulai aktivitas dan olahraga
  8. Gunakan pakaian dan sepatu dengan ukuran yang pas dan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan, serta peralatan olahraga yang tepat dan layak
  9. Tingkatkan intensitas dan durasi olahraga secara bertahap bukan mendadak dan berlebihan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com