Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/10/2021, 16:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Parkinsonisme adalah penyakit yang terjadi akibat disfungsi otak dan umumnya berkaitan dengan penyakit parkinson.

Seseorang yang mengidap parkinsonisme juga akan mengalami gangguan lain yang menyebabkan gejala neurologis tambahan, mulai dari demensia hingga ketidakmampuan untuk melihat ke atas dan ke bawah.

Baca juga: 10 Gejala Awal Parkinson yang Perlu Diwaspadai

Penyebab

Parkinsonisme dapat disebabkan oleh penyakit parkinson itu sendiri serta kondisi lain yang mendasarinya.

Penyebab lain yang terkait dengan parkinsonisme meliputi:

  • Obat-obatan, seperti yang digunakan untuk mengobati psikosis, gangguan kejiwaan, dan mual
  • Trauma kepala berulang, seperti cedera yang diderita dalam tinju
  • Gangguan neurodegeneratif tertentu, seperti atrofi sistem ganda, demensia tubuh Lewy, dan kelumpuhan supranuklear progresif
  • Paparan racun, seperti karbon monoksida, sianida dan pelarut organik
  • Lesi otak tertentu, seperti tumor, atau penumpukan cairan
  • Gangguan metabolisme dan lainnya, seperti gagal hati kronis atau penyakit Wilson

Gejala

Parkinsonisme dapat menyebabkan gejala yang bervariasi dan progresif.

Beberapa gejala paling umum yang terkait dengan penyakit ini meliputi:

  • Kesulitan menunjukkan ekspresi wajah
  • Kekakuan otot
  • Gerakan yang melambat dan terpengaruh
  • Perubahan ucapan
  • Tremor, terutama pada satu tangan

Gejala lain yang terkait dengan Parkinsonisme meliputi:

Baca juga: Mengenal gejala Parkinson dan Cara Mengelolanya

  • Demensia
  • Masalah dengan sistem saraf otonom, seperti masalah dengan gerakan terkontrol atau kejang
  • Masalah awal dengan keseimbangan
  • Onset dan perkembangan gejala yang cepat

Setiap penyebab yang mendasari parkinsonisme, seperti demensia dengan badan Lewy, juga memiliki serangkaian gejala yang unik.

Diagnosis

Tidak ada tes tunggal bagi dokter untuk mendiagnosis parkinsonisme.

Seorang dokter akan mulai dengan melihat riwayat kesehatan seseorang dan meninjau gejala mereka saat ini.

Tes darah juga dimungkinkan untuk memeriksa penyebab potensial yang mendasarinya, seperti masalah tiroid atau hati.

Selain itu, pemindaian pencitraan bisa dilakukan untuk memeriksa otak dan tubuh jika menduga penyebab lain, seperti tumor otak.

Dokter dapat melakukan tes yang melacak pergerakan dopamin di otak yang dikenal sebagai tes DaT-SPECT.

Perawatan

Salah satu obat yang paling sering diresepkan untuk mengobati penyakit Parkinson adalah levodopa.

Baca juga: Mengenal Gejala Inkonsistensia Urine pada Pasien Parkinson

Obat ini terkait dengan dopamin dan dapat meningkatkan jumlah dopamin yang tersedia di otak.

Namun, bagi pengidap dengan sel yang rusak atau hancur terkadang tidak dapat merespons dopamin.

Akibatnya, levodopa bisa tidak bekerja dengan baik untuk mengurangi gejalanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Health
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Health
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
Health
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Hari Sel Sabit Sedunia: Penyakit Langka yang Diam-diam Merenggut Nyawa di Usia Muda
Health
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
700 Lebih Kasus Hamil di Bawah Umur di Lombok Timur, Dokter: Ini Berisiko Tinggi
Health
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Bahaya Anemia: Tubuh Terlihat Sehat tapi Kekurangan Zat Besi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau