KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, otak sapi merupakan salah satu bagian sapi yang nikmat dikonsumsi.
Namun, mengonsumsi otak sapi yang terkontaminasi dapat menyebabkan penyakit. Salah satunya adalah penyakit sapi gila.
Penyakit sapi gila merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) sapi.
Baca juga: Cara Mengetahui Daging Sapi Giling Tidak Layak Konsumsi
Dalam istilah medis, penyakit sapi gila disebut juga bovine spongiform encephalopathy (BSE).
Disebut penyakit sapi gila karena sapi yang terkena penyakit ini cenderung bersikap agresif dan mengamuk.
Sementara itu, penyakit sapi gila yang menyerang manusia disebut dengan variant Creutzfeldt-Jakob (vCJD).
Variant Creutzfeldt-Jakob (vCJD) merupakan kelainan otak degeneratif menyebabkan demensia hingga berujung pada kematian.
Manusia dapat mengalami penyakit ini jika mengonsumsi otak atau sumsum tulang sapi yang terjangkit penyakit sapi gila atau BSE.
Penyakit ini disertai dengan penurunan fungsi saraf secara bertahap dari waktu ke waktu.
Hingga saat ini, masih belum ada bukti bahwa penyakit ini dapat menular melalui daging ataupun susu sapi.
Merangkum University of Michigan Health dan Medical News Today, hingga saat ini masa inkubasi penyakit sapi gila masih belum diketahui secara pasti.
Masa inkubasi merupakan jeda waktu yang diperlukan oleh penyakit ini dari penularan hingga menimbulkan gejala.
Gejala penyakit sapi gila bisa muncul bertahun-tahun setelah penderita mengonsumsi otak atau sumsum tulang sapi yang terkontaminasi.
Baca juga: 7 Ciri-ciri Daging Sapi Segar dan Layak Dikonsumsi
Beberapa gejala penyakit ini ketika menyerang manusia, meliputi:
Dikutip dari situs University of Michigan Health, penyebab penyakit sapi gila atau vCJD masih belum diketahui secara pasti.
Namun, penyakit ini diduga disebabkan oleh kerusakan pada salah satu jenis protein yang disebut prion.
Prion ini ditemukan di otak, sumsum tulang belakang, dan usus halus pada sapi yang terkena.
Hingga kini, masih belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa prion ditemukan pada daging atau susu hewan ternak.
Manusia yang mengonsumsi otak atau sumsum tulang belakang dari sapi yang mengandung prion maka protein tersebut akan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.
Baca juga: Fakta Nutrisi Daging Sapi
Menurut Very Well Health, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit sapi gila:
Dilansir dari National Health Service, penyakit sapi gila dapat didiagnosis melalui beberapa pemeriksaan berikut:
Mengutip Medical News Today, tidak ada metode pengobatan yang dapat menyembuhkan, mengendalikan, atau menghentikan perkembangan penyakit sapi gila.
Baca juga: Manfaat Hati sapi untuk Kesehatan, Bisa Meningkatkan Imun
Meskipun demikian, dokter akan memberikan sejumlah obat untuk meredakan gejala yang dialami pasien, seperti:
Melansir Mayo Clinic, penyakit sapi gila sangat berpengaruh pada fungsi otak dan tubuh penderita.
Penyakit ini biasanya berkembang dengan cepat.
Seiring waktu, penderita akan menjauhi keluarga dan teman hingga akhirnya kehilangan kemampuan untuk mengenali atau berhubungan dengan mereka.
Penderita juga akan kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri sebelum akhirnya mengalami koma.
Maka dari itu, penyakit sapi gila merupakan penyakit yang akan berdampak fatal bagi kesehatan penderita.
Merangkum National Health Service dan Family Doctor, penyakit sapi gila dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:
Baca juga: Tak Bisa Disepelekan, Berikut Dampak Alergi Susu Sapi Pada Anak
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.