KOMPAS.com – Banyak orang memilih mengonsumsi buah anggur dengan memakannya langsung bersama kulitnya.
Tapi, tidak sedikit juga orang yang memilih mengonsumsi anggur dengan cara dikupas terlebih dahulu dengan beragam alasan, seperti untuk mempermudah proses menelan.
Ketika melakukan hal itu, mereka biasanya selagigus akan mengeluarkan biji dari dalam buah anggur.
Baca juga: Makan Apel dengan Kulitnya atau Dikupas, Mana yang Lebih Baik?
Lantas, jika kedua hal itu dibandingan, mana sebenarnya yang lebih baik untuk kesehatan?
Merangkum Buku Miracle Juices (2015) oleh Sigit Oktaviyani P, S.Gz, jika tidak terlalu diperlukan, akan lebih baik jangan mengupas anggur ketika hendak mengonsumsinya.
Salah satu pertimbangannya adalah kulit buah anggur mengandung serat terutama serat tidak larut air (insoluble fiber) yang berperan untuk mempersingkat waktu transit makanan di kolon (usus besar), sehingga bisa menciptakan rasa kenyang lebih lama.
Jenis serat ini juga bisa membersihkan saluran cerna dan membentuk massa di feses, sehingga dapat membantu melancarkan buang air besar (BAB).
Dengan demikian, asupan serat tidak larut sangat efektif untuk mengatasi gangguan pencernaan, seperti sembelit, konstipasi, atau pun wasir.
Tapi, untuk jenis gangguan pencernaan lain, seperti diare, asupan serat tidak larut tentu tidaklah cocok karena malah bisa memperburuk keluhan.
Selain serat tidak larut, kulit anggur rupanya juga mengandung polifenol yang baik untuk kesehatan, sehingga sayang jika dibuang begitu saja.
Merangkum Health Line, bagian kulit maupun biji turut berkontribusi dalam penyediaan polifenol pada buah anggur.
Baca juga: 7 Manfaat Nanas untuk Kesehatan
Polifenol dikenal sebagai antioksidan yang membantu melawan radikal bebas dalam tubuh.
Biji anggur, kulit anggur, dan sari buah anggur bahkan mengandung beberapa jenis polifenol, di antaranya resveratrol, asam fenolat, antosianin, dan flavonoid.
Melalui efek antioksidannya, polifenol pada buah anggur (termasuk pada kulitnya) dapat membantu memperlambat atau mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh oksidasi.
Polifenol di antaranya dapat menurunkan oksidasi partikel kolesterol low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat, sehingga dapat menekan risiko perkembangan aterosklerosis (pengerasan arteri).