KOMPAS.com - Untuk mengatasi kadar asam urat tinggi, penderita perlu mengonsumsi obat agar penyakit terkendali.
Tujuan utama pemberian obat asam urat untuk menghilangkan nyeri dan mencegah terjadinya komplikasi.
Seperti diketahui, kadar asam urat tinggi dapat memicu nyeri hebat yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain itu, penyakit ini berisiko menimbulkan komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung, ginjal, dan kerusakan organ lainnya.
Baca juga: Asam Urat dan Kolesterol Tinggi Berkaitan Erat, Begini Baiknya…
Obat asam urat yang diberikan kepada penderita umumnya berupa obat untuk mengurangi peradangan, anti-nyeri, dan menurunkan kadar asam urat.
Berikut beberapa jenis obat asam urat dan efek sampingnya yang perlu diketahui:
Dilansir dari buku Asam Urat oleh Tim Vitahealth, jenis obat asam urat yang sering diresepkan dokter adalah indometasin atau indomethacine.
Contoh obat jenis indometasin antara lain Benocid, Dialon, Rheumatin, dan Confortid.
Obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) ini biasanya diberikan dengan dosis awal 50 miligram per enam jam.
Bila kondisi penyakit sudah membaik, dosisnya dikurangi 25 miligram per tiga atau empat kali sehari selama lima hari.
Efek samping obat asam urat ini biasanya sakit kepala, pusing, mengantuk, ruam, diare, dan gangguan suasana hati ringan.
Baca juga: Sayur Pantangan Penderita Asam Urat, Perlu Dihindari atau Tidak?
Obat asam urat ini diberikan sebagai opsi apabila organ ginjal penderita tidak mampu membuang kelebihan asam urat dengan baik.
Dokter umumnya meresepkan provenecid dengan dosis sebanyak 500 miligram per tablet atau kapsul.
Ibuprofen adalah obat asam urat untuk mengatasi nyeri dan peradangan yang termasuk golongan obat anti-inflamasi non-steroid (AINS).
Beberapa contoh obat ibuprofen yang sering digunakan antara lain Aknil, Arthrifen, Axalan, Bufect, Bunofa, Dulofen-F, Farsilen, Fenrya, Fenida, dan Fenris.