KOMPAS.com - Stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan anak yang menyebabkan mereka tidak bisa tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Anak stunting cenderung memiliki tubuh yang lebih pendek dibandingkan anak lain seusianya.
Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini terjadi karena kurangnya gizi, sejak janin hingga berlanjut pada masa bayi (terutama pada 2 tahun pertama kehidupan).
Baca juga: Apakah Daun Kelor dapat Mencegah Stunting? Begini Kata Dokter...
Menurut Kementerian Kesehatan, seorang anak dapat dikatakan stunting apabila telah diukur panjang atau tinggi badannya.
Setelah itu, bandingkan hasil pengurkuran tersebut dengan standar pengukuran tinggi badan menurut usia dari WHO.
Ketika hasil pengukuran berada di bawah standar, saat itulah seorang anak bisa dikatakan mengalami stunting.
Ada beberapa tanda dan gejala yang bisa menunukan adanya stuntin pada anak, berikut di antaranya:
Baca juga: 4 Upaya untuk Mendukung Penurunan Prevalensi Stunting di Indonesia
Melansir laman Kemenkes, langkah pencegahan stunting sangat penting dilakukan agar anak bisa tumbuh optimal. Untuk mencegah stunting, Anda bisa menerapkan langkah berikut:
Memenuhi asupan nutrisi sejak masa kehamilan adalah langkah palong ampuh untuk mencegah stunting pada anak.
Oleh karena itu, wanita hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
Jika perlu, ibu hamil juga mengonsumsi suplemen yang dianjurkan oleh dokter.
Wanita yang menjalani program kehamilan juga disarankan rutin memeriksakan diri ke dokter.
Pemberian ASI juga berpotensi mengurangi risiko stunting karena kandungan gizi ASI yang sangat tinggi.
Oleh karena itu, para ibu sebisa mungkin disarankan untuk memberikan ASI ekslusif, setidaknya sampai bayi mencapai usia 6 bulan.
ASI juga mengandung protein whey dan kolostrum yang membantu meningkatkan sistem imun anak sehingga si kecil tidak mudah sakit.
Baca juga: 14 Makanan Sumber Zat Besi yang Bisa Mencegah Stunting pada Anak