Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2013, 09:57 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Sukses memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif enam bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun adalah impian setiap ibu. Namun kenyataannya, sebagian ibu harus menjumpai tantangan-tantangan saat melakukannya. Terlebih, jika ibu memilih untuk kembali bekerja seusai cuti melahirkan yang hanya tiga bulan.

Kendati sejumlah tantangan dihadapi, namun sebenarnya dengan persiapan yang baik, sukses ASI eksklusif lebih mudah dicapai, termasuk bagi ibu bekerja. Menurut spesialis anak sekaligus pakar laktasi Asti Praborini, persiapan menyusui ibarat persiapan ujian. Jika tidak dilakukan, tingkat kegagalannya juga tinggi.

"Segala sesuatu kalau dipersiapkan dengan baik pasti hasilnya lebih baik daripada yang tidak. Persiapan menyusui harus dimulai sejak masa kehamilan," ujarnya saat dihubungi Kompas Health, Jumat (20/12/2013).

Persiapan, terang Asti, dimulai mencari rumah sakit, dokter, dan tenaga kesehatan pro ASI. Dengan begitu, dukungan untuk memberikan ASI pada ibu lebih mudah didapat. Selain itu, ibu juga perlu bertemu dengan konselor laktasi, minimal tujuh kali.

"Pertemuan dengan konselor pun tidak hanya ibunya saja yang datang, tetapi juga ayahnya, nenek, kakek, dan orang-orang lain yang akan terlibat dalam kepengurusan bayi nantinya, supaya semua teredukasi dengan benar," tegas dokter yang sehari-sehari berpraktik di RSIA Kemang Medical Care ini.

Asti merinci, waktu pertemuan dengan konselor yaitu:

- Di minggu ke-28 kehamilan, saat ini konselor memberikan pengetahuan tentang menyusui secara umum dan memberi pelatihan tata cara menyusui dengan benar.

- Di minggu ke-36 kehamilan, hampir sama dengan pertemuan sebelumnya, lebih mendetail dan sebaiknya disertai dengan keluarga.

- Saat melahirkan, konselor perlu memberikan pengarahan untuk inisiasi menyusui dini (IMD), yaitu dengan cara menempatkan bayi pada dada ibu agar si bayi bisa mencari sendiri puting ibunya. "Tapi ingat, IMD tidak bisa dilakukan hanya lima menit lalu bayi dipisahkan ruangan dengan ibu, paling tidak butuh satu jam supaya berhasil," kata Asti.

- Selama ibu dirawat, setiap hari konselor perlu hadir. Misalnya ibu dirawat lima hari, berarti lima hari pula konselor perlu hadir. Masa-masa ini adalah saatnya ibu dan bayi beradaptasi untuk sama-sama berlatih menyusu dan disusui. Maka jasa konselor pun akan sangat dibutuhkan.

- Di hari ke-tujuh pascakelahiran, saat ini konselor hadir untuk melihat perkembangan aktivitas menyusui. Apabila ada kendala-kendala, maka konselor bisa membantu mencarikan solusi.

- Di hari ke-14 pascakelahiran, konselor melihat perkembangan aktivitas menyusui lebih lanjut.

- Di hari ke-40 pascakelahiran, konselor melihat perkembangan aktivitas menyusui lebih lanjut, sekaligus memberikan kiat-kiat persiapan menyusui mendekati waktu ibu kembali bekerja.

Asti menjelaskan, persiapan berikutnya yang harus dilakukan adalah menyetok ASI perah beberapa hari sebelum kembali bekerja. Tujuannya sebagai cadangan jika suatu saat bayi membutuhkan ASI dan ibu sedang jauh.

Kendati demikian, menurut dia, ibu tidak perlu menyetok ASI terlalu banyak, karena pada dasarnya bayi membutuhkan ASI yang segar. Maka selagi ibu masih bisa memberikan ASI yang segar, sebaiknya bayi selalu diberi ASI (baik langsung maupun perah) yang segar, bukan ASI stok yang dibekukan.

"Juga ibu tidak perlu panik kalau ASI perah yang keluar sedikit di awal-awal usaha menyetok ASI perah. Ya wajar saja kalau keluarnya sedikit, saat itu bayi masih aktif menyusu. Kalau sudah mulai bekerja dan memerah di tempat kerja juga banyak keluarnya," tutur Asti.

Persiapan selanjutnya, yaitu membentuk tim sukses menyusui. Saat sudah kembali bekerja, ibu membutuhkan dukungan dari banyak pihak untuk menyukseskan program menyusuinya. termasuk suami, orang yang menjaga bayi di rumah, teman-teman sekantor, hingga atasan kerja.

Jadi, menurut Asti, ibu perlu memberi tahu mereka semua, terutama pada teman-teman sekantor dan atasan tentang tujuannya. Ini penting agar ibu bisa lebih leluasa meluangkan waktu untuk memerah ASI.

Terakhir, Asti menekankan pada ibu yang memberikan ASI perah untuk tidak memasukannya pada botol, karena hal itu dapat meningkatkan kegagalan menyusui. "Kalau sudah diberi botol, bayi bisa "lupa" dengan cara menyusu langsung dari puting, karena prinsip keduanya sangat berbeda," terangnya.

Sebaliknya, ASI perah diberikan melalui gelas. Caranya? "Itulah gunanya konselor laktasi, untuk mengajarkan cara yang benar pada ibu," pungkas Asti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau