KOMPAS.com -Syok kardiogenik adalah kondisi mengancam nyawa saat jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh secara tiba-tiba.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh serangan jantung yang parah. Namun, tidak semua penderita serangan jantung mengalami syok kardiogenik.
Kondisi ini langka, tetapi dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
Selain itu, faktor risiko seseorang terkena syok kardiogenik melibatkan:
orang usia lanjut
memiliki riwayat gagal jantung atau serangan jantung
memiliki penyumbatan (penyakit arteri koroner) pada beberapa arteri utama jantung
memiliki diabetes atau tekanan darah tinggi
seorang wanita
Diagnosis
Beberapa tes yang mungkin dilakukan oleh dokter untuk mengetahui jika seseorang mengalami syok kardiogenik, di antaranya:
Tekanan darah. Orang dengan syok kardiogenik akan memiliki tekanan darah rendah.
Kateterisasi jantung. Sebuah tabung tipis panjang bernama kateter akan dimasukkan ke dalam arteri melalui pergelangan tangan atau selangkangan. Alat ini dapat digunakan untuk melihat jumlah darah yang dipompa jantung pada tiap detakan.
Elektokardiogram (ECG/EKG). Untuk melihat aktivitas listrik jantung.
Ekokardiogram. Rontgen jantung.
Rontgen dada. Untuk melihat jika terdapat cairan pada paru-paru, serta melihat pencitraan jantung dan pembuluh darah terkait.
Tes darah. Melihat jumlah oksigen pada darah dan dampak yang terjadi pada organ utama, seperti ginjal dan hati.
Perawatan
Pertama-tama, dokter harus mengetahui penyebab dari syok yang terjadi.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut, dibagi berdasarkan penyebabnya:
Serangan jantung. Dokter akan memasukan kateter untuk menghilangkan penyumbatan.
Aritmia. Dokter akan mencoba memperbaiki aritmia dengan serangan listrik yang alatnya dikenal sebagai defibrilasi atau kardioversi.
Dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan dan mengeluarkan cairan agar tekanan darah dan fungsi jantung kembali normal.
Pencegahan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari terkena syok kardiogenik, di antaranya sebagai berikut.
Hindari merokok ataupun terkena asap rokok. Langkah ini dapat mengurangi risiko terjadinya serangan jantung.
Memerhatikan berat tubuh ideal. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan syok kardiogenik, seperti tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes.
Mengurangi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh. Lemak jenuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Kurangi konsumsi garam. Terlalu banyak garam (natrium) dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh dan membebani jantung. Garam dapat ditemukan di banyak makanan kaleng dan olahan. Pastikan untuk memeriksa label makanan sebelum dikonsumsi.
Kurangi konsumsi gula. Dengan cara ini, kalori miskin nutrisi akan berkurang dan berat badan akan tetap terjaga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Gejala Infeksi HPV di Mulut yang Perlu Diwaspadaihttps://health.kompas.com/read/2021/10/04/200200768/gejala-infeksi-hpv-di-mulut-yang-perlu-diwaspadaihttps://asset.kompas.com/crops/Kg99I25OvboBGz4ubLAJprFraYI=/4x0:1000x664/195x98/data/photo/2020/01/13/5e1c3eeae1c8f.jpg