KOMPAS.com - Skizofrenia paranoid ditandai dengan gejala skizofrenia yang dominan positif, termasuk delusi dan halusinasi.
Gejala yang timbul mengaburkan batasan antara apa yang nyata dan yang tidak sehingga sulit bagi penderitanya menjalani kehidupan biasa.
Delusi paranoid dapat menyebabkan seseorang merasa ada orang lain yang mengawasi atau mencoba menyakiti mereka.
Baca juga: Gejala Skizofrenia pada Anak, Berbeda dari Orang Dewasa
Orang dengan delusi paranoid juga dapat percaya bahwa media seperti televisi atau internet mengirimi pesan khusus.
Perasaan dan keyakinan ini dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan yang parah, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan membatasi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam pekerjaan dan hubungan, termasuk keluarga.
Melansir medical news today, studi menunjukkan bahwa hampir 50 persen orang dengan skizofrenia mengalami paranoia.
Pada tahun 2013, American Psychiatric Association mengklaim bahwa paranoia merupakan salah satu gejala positif skizofrenia dan bukan kondisi diagnostik yang terpisah.
Hal ini menyebabkan nama gangguan ini berubah menjadi hanya skizofrenia (dulu disebut skizofrenia paranoid).
Namun, masyarakat telah akrab dengan istilah skizofrenia paranoid karena telah digunakan selama beberapa dekade.
Beberapa gejala yang dapat timbul bagi orang dengan skizofrenia paranoid, yaitu:
Beberapa tanda paranoid dapat menyerupai:
Baca juga: Skizofrenia
Kekhawatiran berlebihan akibat paranoid dapat menyebabkan masalah dalam menjalin relasi dengan orang lain. Penderita skizofrenia paranoid cenderung untuk tinggal sendiri dan tidak keluar.
Gejala negatif skizofrenia dapat memengaruhi emosi, perilaku, dan kemampuan khas seseorang.
Gejala-gejala yang dimaksud, berupa:
Belum diketahui secara pasti penyebab dari skizofrenia paranoid. Penyakit skizofrenia sendiri bersifat genetik sehingga dapat menurun dalam keluarga.
Baca juga: 7 Cara Jaga Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemi
Namun, tidak semua anggota keluarga yang menderita skizofrenia akan mengalami gangguan tersebut. Sama halnya orang dengan skizofrenia belum tentu mengalami paranoia.
Faktor risiko lain dapat meliputi:
Dibutuhkan serangkaian tes dan pemeriksaan dalam mendiagnosis skizofrenia. Dokter akan mengevaluasi:
Dokter juga akan memesan evaluasi psikiatri.
Seseorang yang telah mengalami dua gejala utama dalam selama sekitar sebulan mungkin dapat didagnosis dengan skizofrenia paranoid.
Khususnya, jika gejala sudah cukup parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Untuk penanganan skizofrenia, obat yang paling sering diberikan oleh dokter adalah obat antipsikotik.
Baca juga: Kenali Apa itu Body Shaming dan Efek Buruknya Pada Kesehatan Mental
Obat antipsikotik dapat berupa pil, patch, atau suntikan.
Suntikan jangka panjang digunakan untuk menangani pasien yang tidak minum obat secara teratur (disebut dengan ketidakpatuhan pengobatan).
Hal ini dapat disebabkan salah satu gejala yang dapat timbul bagi penderita umum skizofrenia, yaitu anosognosia.
Anosognosia adalah ketidaksadaran atau kurangnya wawasan seorang terhadap adanya gangguan.
Artinya, penderita skizofrenia bisa jadi tidak menyadari bahwa dirinya mengalami halusinasi atau delusi.
Pemahaman tersebut dapat menyebabkan seseorang berhenti minum obat antipsikotik, berhenti mengikuti terapi, atau keduanya.
Aksi tersebut dapat menimbulkan kekambuhan menjadi psikosis fase aktif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.