Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/11/2021, 21:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lichen sclerosus adalah kelainan yang biasanya menyerang kulit pada vulva (area di luar vagina), anus, atau penis.

Penyakit ini menyebabkan kulit menjadi berubah warna, tipis, iritasi dan gatal.

Lepuh dan luka juga bisa terbentuk pada alat kelamin.

Baca juga: 5 Ciri-ciri Infeksi HIV pada Kulit

Pada kasus yang jarang, gejala ini bisa muncul di bagian tubuh yang lain.

Jika tidak diobati, lichen sclerosus dapat menyebabkan jaringan parut yang dapat membuat terasa menyakitkan ketika berhubungan seks atau buang air.

Penyebab

Sistem kekebalan yang terlalu aktif atau ketidakseimbangan hormon menjadi penyebab lichen sclerosus.

Meski demikian, hal yang membuat masalah autoimun tersebut belum diketahui.

Kerusakan kulit sebelumnya di area tertentu pada kulit dapat meningkatkan kemungkinan lichen sclerosus di lokasi tersebut.

Lichen sclerosus tidak menular dan tidak dapat menyebar melalui hubungan seksual.

Lichen sclerosus sering terjadi pada wanita pascamenopause, tetapi juga pada pria dan anak-anak.

Laki-laki yang tidak disunat juga berisiko, karena kondisi ini umumnya memengaruhi kulup.

Gejala

Orang dengan lichen sclerosus ringan mungkin tidak memiliki tanda atau gejala.

Tanda dan gejala biasanya mempengaruhi kulit daerah genital dan anus, tetapi juga dapat mempengaruhi kulit tubuh bagian atas, lengan atas, dan payudara.

Gejala tersebut termasuk:

Baca juga: Manfaat dan Efek Samping Serum Vitamin C bagi Kesehatan Kulit

  • Kemerahan
  • Gatal (pruritus), yang bisa parah
  • Ketidaknyamanan atau rasa sakit
  • Bercak putih halus di kulit
  • Bercak
  • Robek atau berdarah
  • Dalam kasus yang parah, pendarahan, luka melepuh atau ulserasi
  • Sakit ketika berhubungan seks.

Diagnosis

Temui dokter jika memiliki tanda dan gejala yang umum pada lichen sclerosus.

Jika telah didiagnosis dengan lichen sclerosus, temui dokter setiap enam hingga 12 bulan untuk memeriksa perubahan kulit atau efek samping pengobatan.

Penyedia layanan kesehatan akan memeriksa kondisi fisik dan menanyakan gejala.

Dalam beberapa kasus, biopsi diperlukan.

Perawatan

Kecuali dalam kasus yang melibatkan anak-anak, yang terkadang sembuh sendiri, lichen sclerosus tidak dapat disembuhkan.

Namun, kondisi ini bisa diobati. Pilihan pengobatan meliputi:

  • Kortikosteroid topikal, yang sering diterapkan setiap hari
  • Pengangkatan kulup pada kasus berat yang melibatkan laki-laki
  • Pengobatan sinar ultraviolet untuk ruam yang terkena tidak pada alat kelamin
  • Obat modulasi kekebalan seperti pimecrolimus (Elidel)

Baca juga: Ciri-ciri Ruam Kulit Gejala Covid-19

Untuk wanita yang mengalami pengetatan vagina, dokter dapat meresepkan dilator vagina, pelumas berbahan dasar air, atau krim mati rasa seperti salep lidokain jika diperlukan.

Komplikasi

Komplikasi lichen sclerosus yang bisa terjadi yakni:

  • Seks yang menyakitkan
  • Retensi urin
  • Sembelit
  • Ketidakmampuan untuk menarik kembali kulup.

Orang dengan lichen sclerosus juga memiliki peningkatan risiko kanker karsinoma sel skuamosa di daerah yang terkena.

Pencegahan

Tidak ada cara untuk mencegah lichen sclerosus.

Seseorang mungkin dapat menghindari risiko dengan perubahan gaya hidup. Untuk mengurangi gesekan dan iritasi, lakukan hal berikut:

  • Hindari menunggang kuda dan bersepeda jarak jauh
  • Kenakan pakaian dan pakaian dalam yang longgar
  • Gunakan sabun tanpa pewangi dan deterjen cucian
  • Segera ganti pakaian renang dan pakaian basah.

Baca juga: Penyebab Herpes Kulit dan Cara Mengobatinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com