Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/12/2021, 16:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kejang absen (kejang petit mal) melibatkan penurunan kesadaran secara singkat dan tiba-tiba. Umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak ketimbang orang dewasa.

Seseorang yang mengalami kejang absen akan terlihat seperti menatap kosong (melamun) selama beberapa detik. Lalu, kembali ke tingkat kewaspadaan normal dengan cepat.

Jenis kejang ini biasanya tidak menyebabkan cedera fisik.

Baca juga: Pertolongan Pertama Pada Orang Kejang

Gejala

Kejang absen paling sering menyerang anak berusia 4 hingga 12 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menyerang orang dewasa.

Gejala biasanya lebih pendek dan ringan daripada kejang tonik-klonik atau grand mal.

Kejang absen biasanya berlangsung kurang dari 10 hingga 20 detik.

Gejala khas-nya meliputi:

  • menatap ke udara (melamun)
  • mengatupkan bibir rapat
  • kelopak mata mengerjap
  • berhenti bebicara di tengah kalimat
  • membuat gerakan tangan tiba-tiba
  • condong ke depan atau belakang secara tiba-tiba
  • tidak bergerak.

Orang dewasa mungkin dapat salah mengira kejang absen pada anak-anak sebagai "nakal" atau "lalai".

Gejala pada kejang absen akan jarang untuk langsung diketahui.

Seseorang dapat diketahui sedang mengalami kejang absen jika tidak menyadari lingkungan, sentuhan, dan suara.

Kejang absen dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Maka dari itu, penting untuk mengambil tindakan pencegahan.

Baca juga: Kejang pada Anak: Penyebab, Pertolongan Pertama, Kapan Perlu Waspada

Penyebab

Seperti jenis kejang lainnya, kejang absen disebabkan oleh aktivitas abnormal di otak seseorang.

Pada orang yang mengalami kejang, aktivitas listrik otak pun berubah.

Orang yang mengalami kejang juga mungkin mengalami perubahan tingkat pembawa pesan kmia yang membantu sel-sel saraf berkomunikasi satu sama lain (neurotransmitter).

Pada umumnya, dokter masih belum memahami apa yang menjadi penyebab dari aktivitas ini.
Selain itu, terdapat dugaan bahwa ada kecenderungan sifat genetik pada kejang absen.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan potensi seseorang mengalami absen kejang, yaitu:

  • usia: kejang absen lebih sering terjadi pada anak rentang usia 4 dan 14 tahun
  • seks: kejang absen lebih sering terjadi pada anak perempuan.
  • riwayat kesehatan keluarga: hampir setengah dari anak dengan kejang absen memiliki kerabat keluarga yang juga memiliki penyakit kejang.

Diagnosis

Beberapa tes yang dapat dilakukan dokter untuk mendiagnosis kejang absen, yaitu:

  • elektroensefalografi (EEG): prosedur ini mengukur gelombang aktivitas diotak. Gelombang otak ditransmisikan ke mesin EEG melalui elektroda kecil yang menempel pada kulit kepala dengan pasta atau penutup elastis. Mengalami hiperventilasi (napas cepat) saat studi EEG dapat memicu kejang absen. Pola pada EEG aakn berbeda dari pola normal selama kejang terjadi.
  • pemindaian otak: jika kejang tidak terjadi, dokter mungkin akan melakukan tes pencitraan otak seperti MRI. Tes ini dapat menghasilkan gambar otak yang mendetail dan membantu menyingkirkan kemungkinan masalah lain seperti stroke atau tumor.

Baca juga: Jangan Keliru, Ini Beda Kejang dan Epilepsi

Perawatan

Obat kejang tertentu dapat membantu kejang absen. Biasanya penanganan ini direkomendasikan untuk kebanyakan anak.

Obat-obatan yang paling sering digunakan untuk kejang absen termasuk:

  • ethosuximide
  • lamotrigin
  • asam valproat
  • divalproex sodium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau