Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2022, 13:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hiperplasia adrenal kongenital mengacu pada sekelompok kelainan genetik yang memengaruhi kelenjar adrenal.

Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ di atas ginjal yang menghasilkan hormon penting, seperti:

  • Kortisol, yang mengatur respons tubuh terhadap penyakit atau stres
  • Mineralokortikoid, seperti aldosteron, yang mengatur kadar natrium dan kalium
  • Androgen, seperti testosteron, yang merupakan hormon seks pria.

Baca juga: Pubertas Dini

Tipe

Berdasarkan Mayo Clinic, berikut adalah dua jenis utama hiperplasia adrenal kongenital, yaitu:

  • Klasik, bentuk kurang umum yang biasanya terdeteksi pada bayi yang dikenal sebagai bentuk kehilangan garam.
  • Non-klasik, bentuk umum yang mungkin tidak menjadi jelas sampai masa kanak-kanak atau dewasa awal.

Penyebab

Melansir Mayo Clinic, penyebab umum dari hiperplasia adrenal kongenital adalah kurangnya enzim yang dikenal sebagai 21-hidroksilase.

Oleh karena itu, hiperplasia adrenal kongenital terkadang disebut defisiensi 21-hidroksilase.

Anak-anak dengan kondisi ini umumnya memiliki orang tua yang memiliki hiperplasia adrenal kongenital.

Oleh karena itu, faktor berikut dapat meningkatkan risiko terkena hiperplasia adrenal kongenital, meliputi:

  • Orang tua yang keduanya memiliki hiperplasia adrenal kongenital
  • Genetik.

Gejala

Menurut Mayo Clinic, gejala hiperplasia adrenal kongenital meliputi:

Baca juga: Waspada, Kadar Testosteron Rendah Berdampak Buruk Pada Kesehatan

Hiperplasia adrenal kongenital klasik

  • Penurunan berat badan
  • Pertambahan berat badan yang buruk
  • Muntah
  • Dehidrasi
  • Pubertas lebih awal dari biasanya
  • Pertumbuhan anak yang lebih cepat dan akhirnya menjadi lebih pendek daripada yang lain di masa dewasa
  • Siklus menstruasi yang tidak teratur.

Hiperplasia adrenal kongenital non-klasik

  • Memulai pubertas lebih awal
  • Pertumbuhan anak yang lebih cepat dan akhirnya menjadi lebih pendek daripada yang lain di masa dewasa
  • Kepadatan tulang rendah
  • Jerawat parah
  • Obesitas
  • Kolesterol tinggi
  • Haid tidak teratur
  • Peningkatan pertumbuhan rambut wajah
  • Ketidaksuburan.

Komplikasi 

Menurut Healtline, hiperplasia adrenal kongenital dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut:

Baca juga: Fakta Seputar Siklus Menstruasi Wanita

  • Krisis adrenal karena memiliki kadar kortisol yang sangat rendah dalam darah dan mengakibatkan dehidrasi, diare, muntah dan syok
  • Masalah kesuburan.

Diagnosis

Melansir Mayo Clinic, diagnosis hiperplasia adrenal kongenital dapat dilakukan sebelum bayi lahir, selama masa kanak-kanak atau di kemudian hari yang meliputi:

Tes pralahir

  • Prosedur hiperplasia adrenal kongenital memeriksa sel pada sampel cairan ketuban dan rahim
  • Pengambilan sampel vili korionik yang melibatkan penarikan sel dari plasenta untuk diperiksa.

Tes pada bayi baru lahir, bayi, dan anak-anak

  • Tes defisiensi 21-hidroksilase genetik selama beberapa hari pertama kehidupan untuk mengidentifikasi bentuk klasik atau non-klasik
  • Pemeriksaan fisik
  • Tes darah dan urine untuk mencari tingkat abnormal hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal
  • Pengujian gen untuk mendiagnosis hiperplasia adrenal kongenital
  • Pengujian untuk menentukan jenis kelamin anak.

Perawatan

Berikut beberapa pilihan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi hiperplasia adrenal kongenital, yaitu:

Baca juga: 6 Cara Mencegah Gangguan Kesuburan pada Pria dan Wanita

  • Resep obat untuk mengurangi produksi androgen berlebih dan mengganti hormon yang kurang
  • Operasi rekonstruktif untuk meningkatkan fungsi alat kelamin dan membuatnya terlihat lebih jelas pada bayi yang memiliki alat kelamin ambigu yang parah akibat hiperplasia adrenal kongenital klasik
  • Dukungan psikologis penting untuk kesehatan emosional dan penyesuaian sosial anak yang memiliki kelainan genital.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau