Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/10/2015, 14:15 WIB

Sejauh ini, terapi itu sudah dilakukan pada 42 pasien gangguan tulang, 43 pasien gangguan jantung, 3 penderita diabetes, dan 5 pasien luka bakar.

Namun, Ismail mengingatkan, layanan terapi sel punca masih tahap riset, belum jadi layanan standar medis. Itu tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
Karena itu, layanan yang diberikan harus berbasis riset dan uji klinis demi menjamin keselamatan pasien dan pelayanan berbasis bukti medik.

"Karena belum jadi terapi standar, biaya terapi sel punca belum dijamin Jaminan Kesehatan Nasional dan asuransi kesehatan lain," ujarnya.

Sementara itu, Ketua SRMSCC Ferdiansyah mengatakan, sejak 2008, 379 pasien mendapat terapi sel punca di lembaganya.

Mereka terdiri dari 99 pasien diabetes melitus, 40 penderita nyeri sendi lutut, 30 pasien stroke, dan 12 pasien jantung. Sisanya, 198 pasien penyakit hati, saraf, dan penyakit darah.

"Tingkat perbaikan pada pasien diabetes 30-100 persen," kata Purwati. Tingkat keberhasilan itu bergantung pada keparahan pankreas pasien dan kegemukannya yang akan memberi respons berbeda saat terapi diberikan.

Selain pusat layanan terbatas, laboratorium swasta yang berperan mengembangkan sel punca di Indonesia hanya dua laboratorium. Sementara baru satu bank penyimpanan sel punca dari darah tali pusat terakreditasi Kementerian Kesehatan.

Karena itu, Farid mengimbau agar warga tak mudah terpancing dengan iklan layanan terapi sel punca, baik dari lembaga di dalam negeri maupun luar negeri tanpa ada bukti medis memadai, hanya kesaksian semata.

Banyak produk sel punca dihasilkan sejumlah lembaga di Indonesia. "Sesuai rencana strategis Kementerian Kesehatan, produk allogeneic Indonesia ditargetkan jadi tuan rumah di negeri sendiri pada 2023," kata Direktur PT Prodia Stemcell Indonesia Cynthia R Sartika. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com