Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/11/2015, 14:00 WIB

Ketika Citali sudah merasakan manfaatnya, ibu hamil di Desa Ibun, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jabar, tengah belajar menyelamatkan masa depan anak-anaknya. Untuk pertama kalinya, 20 ibu hamil di kecamatan yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Bandung itu diperkenalkan pada layanan SMS Bunda, Rabu pagi pekan lalu.

Berbeda dengan Bunda Tektok, layanan SMS Bunda ditelurkan Jhpiego dan GE Foundation. Selain di Jabar, program ini juga diperkenalkan di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera Utara, Banten, dan Sulawesi Selatan.

Khusus di Jabar, layanan serupa dilakukan di empat daerah lain, yaitu Karawang, Bogor, Indramayu, dan Cirebon. Layanan ini menawarkan pengetahuan kesehatan bagi ibu, janin, dan anak di bawah umur dua tahun melalui pesan singkat.

Baru pertama kali berkenalan dengan layanan teknologi anyar itu membuat ibu-ibu hamil yang hadir di Puskesmas Ibun canggung. Salah satunya Asih (38) asal Desa Ibun. Beberapa kali dia keliru mengetik formulir pendaftaran.

”Maaf, hapenya jadul (telepon selulernya lama),” katanya malu.

Asih tak menyerah. Dia kembali menuliskan nama, perkiraan kelahiran, dan domisili sebelum mengirimnya ke nomor 08118469468. Setelah muncul balasan bahwa dia sudah terdaftar, Asih tersenyum sembari mengelus kandungannya yang berusia empat bulan. ”Semoga ilmu baru membantu anak ini tumbuh sehat,” ujarnya.

Koordinator SMS Bunda Jabar Dini Zakia mengatakan, salah satu tujuan layanan itu adalah mendekatkan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Kondisi geografis yang berat hingga keterbatasan tenaga kesehatan menjadi penyebab keterbatasan pengetahuan bagi ibu hamil. Jika dibiarkan, hal itu berpotensi meningkatkan angka kematian ibu dan anak di Jabar.

Data Dinas Kesehatan Jabar menyebutkan, ada 748 kasus kematian ibu dan 3.979 kematian bayi dari 950.000 persalinan pada 2014. Jumlah itu turun ketimbang tahun 2013 sebesar 781 kematian ibu dan 4.306 kematian bayi.

Cegah kematian

Menjelang siang, saat sesi SMS Bunda selesai dilakukan, Deti Kurniawati (27), warga Desa Karyalaksana, Kecamatan Ibun, tidak langsung pulang. Dia memilih antre memeriksakan kandungannya yang berumur enam bulan. Meski direkomendasikan memeriksakan kandungan setiap dua bulan sekali, Deti memilih datang ke puskesmas setiap bulan.

Semakin sering memeriksakan kandungan membuat hatinya lebih tenang. Dia tidak mau pengalaman kehilangan anak kedua terjadi di kehamilan ketiganya kali ini. ”Sebelumnya, anak kedua saya meninggal akibat kista. Gejalanya telat diantisipasi,” ucapnya.

Dia yakin kehadiran SMS Bunda akan semakin membuat hatinya lebih tenang. Tinggal di daerah terpencil membuat dia tak mudah mendapatkan informasi kesehatan ideal.

Tinggal terpisah 36 kilometer, Bidan Elis juga merasakan hal yang sama dengan Deti. Laporan mengenai bayi meninggal setelah lahir tak terdengar lagi.

Menyelamatkan nyawa manusia semoga bukan mimpi lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com