Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS Waa Banti, Fasilitas Kesehatan Lengkap di Kaki Pegunungan Papua

Kompas.com - 27/03/2017, 12:03 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Dari data RS Waa Banti, ada lima penyakit utama yang diderita pasien di distrik ini, antara lain infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, malaria, tuberkulosis, penyakit otot, tulang dan persendian, serta penyakit gigi.

"Diare disebabkan karena gaya hidup yang kurang bersih. Sementara itu ISPA karena budaya orang Papua tinggal di honai untuk menghangatkan diri. Mereka masak dan tidur di sana, terkadang ada 20 orang dalam satu honai. Ini memperberat ISPA dan penyakit paru lainnya," kata dr.Toni.

Ia menjelaskan, kebanyakan penyakit tersebut bisa dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Karenanya, sejak tahun 2006 dibentuk program kesehatan masyarakat untuk 3 kampung yang masuk dalam binaan LPMAK dan dipimpin oleh dr.Milka.

Fokus utama program tersebut adalah kesehatan ibu dan anak, edukasi penyakit menular seperti diare, cacingan, tuberkulosis dan HIV. "Terutama tentang cara penularan, pencegahan, dan pengobatan," kata dr.Milka.

Secara teratur, dr.Milka dan timnya berkeliling ke kampung-kampung untuk memberikan penyuluhan kesehatan dan membentuk kader di tiap kampung. Selain kader posyandu, dibentuk juga pengawas minum obat untuk pasien TB dan HIV untuk mengingatkan anggota keluarga atau kerabatnya agar rajin minum obat atau kontrol kesehatan.

"Dalam satu kali kunjungan, saya bisa ke tiga desa. Kami naik helikopter sampai titik tertentu, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki, naik turun bukit dan menyebrang sungai. Kalau cuaca buruk, terpaksa kami harus menginap lebih lama di satu kampung karena helikopter yang akan menjemput tak bisa mendarat," katanya.

Perlahan tapi pasti, perilaku masyarakat mulai berubah. Menurut dr.Milka, beberapa tahun lalu masih banyak ditemui orang dewasa yang ingusan seperti anak-anak, sekarang tidak lagi.

"Sampai dengan tahun 2007, dulu pasien yang datang berobat di RSWB harus disuruh mandi dulu, tapi sekarang tidak lagi. Anak-anak juga sudah sadar pentingnya cuci tangan sebelum makan," ujarnya.

Tim Mimika Sehat

Ketergantungan warga di pegunungan pada fasilitas kesehatan milik PT Freeport Indonesia memang besar. Selain faktor medan yang sulit dijangkau, pemerintah juga kesulitan mencari tenaga kesehatan yang mau bertugas di tempat terpencil.

Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra, saat ini ada 13 puskesmas di wilayah terpencil Kabupaten Mimika, yakni 5 di pegunungan dan 8 di daerah pesisir.

"Kebanyakan puskesmas itu diisi oleh perawat dan bidan saja. Kami memang masih banyak dibantu oleh Freeport untuk meminjam helikopter untuk mengirimkan dokter ke puskesmas," kata Reynold.

Ia mengakui sulit merekrut dokter, apoteker, atau tenaga laboratorium, untuk ditempatkan di puskesmas di daerah terpencil. Untuk menyiasatinya, dalam waktu dekat pemerintah Kabupaten Mimika akan mengirimkan tenaga Mimika Sehat.

"Kami meniru program Nusantara Sehat Kementrian Kesehatan. Satu tim akan terdiri dari dokter, bidan, ahli gizi, dan sebagainya, untuk ditempatkan di wilayah-wilayah terpencil," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com