Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/05/2020, 04:30 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit jantung selama ini masih menjadi momok bagi masyarakat.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 menunjukkan, 70 persen dari 39,5 juta kematian di dunia disebabkan penyakit tidak menular.

Dari jumlah tersebut, 45 persen atau nyaris setengahnya disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Tak pelak, banyak orang yang khawatir ketika dirinya didiagnosis menderita penyakit jantung.

Lantas timbul pertanyaan, apakah penyakit jantung bisa sembuh?

Baca juga: Hati-hati, Ini 11 Tanda Penyakit Jantung yang Kerap Diabaikan

Susah disembuhkan

Ahli kardiovaskular dari Cleveland Clinic, Steven Nissen, MD menyebut, penyakit jantung susah disembuhkan.

Dokter Nissen mengatakan, otot jantung yang kadung rusak setelah serangan jantung tidak dapat tumbuh kembali atau mengalami regenerasi sel.

Memang, selama ini ada bukti jika serangan jantung bisa ditunda atau dicegah secara agresif. Caranya dengan mengendalikan tekanan darah dan kolesterol penderita.

"Namun, jika serangan jantung sudah terjadi dan otot jantung ikut mati, sel-sel yang sudah rusak tidak dapat ditumbuhkan kembali," jelas dia kepada Cleveland Clinic.

Demikian juga saat ada gangguan atau masalah di katup jantung karena katup menyempit, bocor, atau tidak bisa menutup dengan sempurna.

Sekali kondisi katup jantung sudah kaku, tidak ada cara untuk mengembalikan fleksibilitas katup kecuali diganti atau diperbaiki.

Baca juga: Waspada, Serangan Jantung Diam-diam yang Kerap Menyerang Pria

Bisa dikendalikan

Kendati penyakit jantung tidak dapat disembuhkan seperti kondisi jantung normal, namun penyakit jantung dapat dikendalikan.

Dokter Nissen menyebut, sebagian besar penyakit jantung dapat dikendalikan.

Ada beberapa bukti, jika kondisi tekanan darah dan kolesterol stabil, penumpukan plak di arteri koroner jantung bisa dikendalikan.

"Memang, plaknya tidak serta-merta hilang, tapi plaknya bisa berkurang. Kondisi tersebut dapat membuat perbedaan signifikan pada kesehatan," jelas dia.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau