Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Quarantine 15", Biang Berat Badan Naik saat Pandemi Corona

Kompas.com - 12/05/2020, 12:07 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Stres sangat terkait dengan nafsu makan seseorang. Begitu terkena stres, seseorang bisa makan berlebihan atau tidak doyan makan sama sekali.

Termasuk ketika dianjurkan tinggal di rumah saja selama pandemi Covid-19 untuk menekan penyebaran virus corona.

Seseorang yang stres karena pandemi virus corona juga bisa mengalami nasfu makan meningkat diikuti berat badan naik.

Kondisi ini dikenal dengan istilah quarantine 15. Quarantine 15 adalah istilah yang merujuk pada kenaikan berat badan sebesar 15 pon atau 6,8 kilogram.

Baca juga: Bagaimana Dampak Stres Pandemi Corona pada Kesehatan Mental dan Fisik?

Studi stres dan gangguan pola makan

Melansir Psychology Today, studi telah membuktikan, tingkat keparahan pemicu stres memengaruhi gangguan pola makan.

Stres yang kronis disebut terkait dengan preferensi atau pemilihan jenis makanan yang tinggi gula, karbohidrat, dan lemak.

Penelitian dengan objek hewan yang dikerjakan ahli dari Yale University AS menemukan, pola konsumsi protein pada objek penelitian berubah menjadi gula dalam kondisi tertekan atau terancam.

Tak pelak, saat stres kita juga cenderung menginginkan gula, lemak, dan karbohidrat untuk meningkatkan energi dan kewaspadaan.

Baca juga: Stres saat Pandemi Corona Sebabkan Doyan Ngemil, Kok Bisa?

Siklus quarantine 15

Ilustrasi makan enak bersama keluargaSHUTTERSTOCK Ilustrasi makan enak bersama keluarga
Saat khawatir atau dilanda rasa stres akibat pandemi corona, banyak orang cenderung melampiaskannya pada asupan tinggi gula, lemak, dan karbohidrat.

Makanan dan minuman ini bertindak seperti obat penenang alami yang membuat pikiran rileks saat menghadapi bahaya.

Namun, sebenarnya solusi instan tersebut hanya jadi pemuas nafsu dalam jangka pendek.

Dalam jangka panjang, makan sesuatu yang bikin nyaman justru menjebak seseorang untuk terus-menerus makan dan berakibat pada masalah kesehatan serius.

Dampaknya bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, depresi, dan gangguan kecemasan.

Pasalnya, saat stres otak jadi memompa hormon stres kortisol dan adrenalin ke dalam aliran darah.

Baca juga: 7 Cara Mengurangi Nafsu Makan Berlebihan

Pelepasan kortisol dan adrenalin itu diikuti pelepasan gula alami dari organ hati dan otot.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau