Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Penyebab Urine Berwarna Hijau, Merah, Ungu, Oranye, dan Seperti Teh

Kompas.com - 17/06/2020, 08:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Gangguan ini dilaporkan sangat umum terjadi pada keluarga kerajaan di Eropa, tapi tidak terbatas pada mereka yang bisa dikatakan berdarah biru.

Hal yang menarik adalah, urine mungkin baru berubah menjadi ungu kalau air kencing tersebut terpapar sinar matahari selama beberapa lama.

Porfiria sendiri dapat menghasilkan banyak tanda tubuh, seperti sensivitas cahaya, ruam hingga sakit perut yang parah, kebingungan mental, serangan epilepsi, hingga kelumpuhan.

Baca juga: Bagaimana Kurang Minum Bisa Sebabkan Gagal Ginjal?

4. Penyebab urine berwarna oranye

Urine seharusnya bening atau berwarna agak kuning. Pada umumnya, urine berwarna kuning pekat hingga oranye bisa menjadi peringatan bahwa seseorang mengalami dehidrasi serius.

Meski tidak berbau, urine yang berwarna kuning gelap atau oranye tetap saja menjadi tanda dehidrasi.

Kondisi ini jelas perlu diwaspadai. Dehindrasi pasalnya bisa menyebabkan berbagai serangan, kerusakan otak, dan bahkan kematian.

Dehidrasi terutama berbahaya bagi anak-anak dan orang dewasa berusia di atas 60 tahun.

Selain itu, urine berwarna kuning tua mungkin menandakan bahwa Anda baru mengonsumsi betakaroten dalam jumlah besat baik dari makanan maupun suplemen.

Beberapa obat-obatan juga dapat mengubah urine berwarna oranye, misalnya saja obat anti-tuberkulosis rifampin, obat pengencer darah warfarin, dan beberapa obat-obatan kanker.

Tak hanya mengubah warna urine, obat-obatan itu juga dapat mengubah warna tinja menjadi oranye.

Baca juga: Waspada, Berikut 6 Bahaya Minum Teh Setelah Makan

5. Penyebab urine berwarna seperti teh

Urine berwarna teh bisa menandakan ketoacidosis diabetic (DKA), yakni sebuah komplikasi diabetes yang mengancam jiwa.

Namun, urine berwarna teh biasanya merupakan tanda pertama rabdomiolisis, yakni sebuah gangguan yang berpotensi mematikan, di mana serat-serat otot kerangka pecah, menjadi racun, dan memasuki aliran darah.

Hal itu sering terjadi akibat apa yang disebut sebagai “luka kecelakaan”. Misalnya saja, kerusakan otot yang parah yang didapatkan seseorang setelah terhimpit dalam sebuah kecelakaan mobil atau terpapar sebuah benda berat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com