KOMPAS.com - Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar tentang detak jantung? Mungkin sebagian orang berpikir bahwa itu merupakan tanda seseorang hidup.
Di sisi lain, detak jantung juga bisa menjadi cerminan bagaimana kondisi tubuh seseorang.
Dalam kondisi melakukan olahraga berat misalnya, detak jantung akan menjadi lebih cepat. Sedangkan dalam kondisi yang rileks, detak jantung akan lebih lambat.
Tapi, bagaimana jika jantung berdetak lebih cepat secara ekstrem, bahkan tanpa melakukan aktivitas fisik berat sekalipun?
Kondisi tersebut dikenal sebagai takikardia.
Baca juga: Takikardia: Jenis, Gejala, hingga Cara Mencegahnya
Merangkum dari Medical News Today, takikardia mengacu pada detak jantung lebih dari 100 denyut per menit.
Denyut jantung sehat sebagian besar orang dewasa berkisar antara 60 hingga 90 denyut per menit.
Dengan denyut jantung di atas rata-rata tersebut, beberapa bentuk takikardia bisa berbahaya dan mengancam jiwa.
Namun umumnya, takikardia bisa diobati dan tidak serius.
Untuk itu, kita perlu mengetahui berbagai jenis takikardia dan kapan kondisinya dianggap berbahaya.
1. Sinus Takikardia
Kondisi ini adalah peningkatan detak jantung secara normal ketika kita berolahraga, takut, atau cemas.
Sinus takikardia berasal dari simpul sinoatrial jantung atau alat pacu alami jantung.
Dikutip dari Insider, sinus takikardia biasanya tidak dianggap berbahaya karena jantung Anda masih berdetak dengan benar.
Meski begitu, ada beberapa penyebab tidak biasa dari kondisi ini seperti anemia, kerusakan otot jantung, pendarahan hebat, atau masalah pada kelenjar tiroid.
2. Supraventrikular Takikardia (SVT)
Peningkatan detak jantung ini terjadi di bilik atas jantung.
Jenis takikardia ini lebih umum terjadi pada anak-anak dan perempuan.
Baca juga: Kenapa Jantung Berdebar Setelah Minum Kopi?
Umumnya, jenis takikardia ini tidak bergejala. Tapi, dalam beberapa kasus ekstrem bisa ditandai dengan kehilangan kesadaran hingga serangan jantung.
Melansir dari Health Direct, dua jenis SVT yang umum terjadi flutter atrium dan fibrilasi atrium.
Pada flutter atrium, jantung berdetak dengan sangat cepat tapi teratur. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat hilang sendiri tapi dalam kasus lain mungkin memerlukan perawatan.
Orang yang mengalami flutter atrium juga bisa mengalami fibrilasi atrium di waktu lain.
Sedangkan fibrilasi atrium adalah jenis takikardia yang paling umum.
Kondisi ini bersifat sementara. Meski begitu, beberapa episode febrilasi atrium mungkin tidak akan berakhir kecuali mendapatkan perawatan.
3. Ventrikel Takikardia
Kondisi ini terjadi ketika terjadi masalah dengan "sinyal listrik" di ventrikel jantung dan menyebabkan detaknya menjadi lebih cepat.
Hal tersebut mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Dikutip dari Mayo Clinic, ventrikel takikardia mungkin berlangsung singkat tapi jika terjadi lebih dari beberapa detik merupakan kondisi yang berbahaya dan mengancam jiwa.
The National Libary of Medicine AS mengklasifikasikan kondisi ini sebagai penyebab utma kematian jantung mendadak.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Detak Jantung Cepat
Melansir heart.org, ventrikel Takikardia paling sering dikaitkan dengan beberapa gangguan berikut ini: