KOMPAS.com – Terdapat sejumlah mitos mengenai demam pada anak yang tidak jarang dapat memicu kepanikan.
Kondisi ini menandakan bahwa para orangtua belum memahami benar apa ibu demam.
Bahkan, ada juga orangtua yang fobia atau panik berlebihan ketika mendapati buah hati demam.
Baca juga: 3 Obat Demam yang Bisa Dibeli Tanpa Resep, Mana yang Terbaik?
Mereka khawatir anaknya bis kejang, koma, buta, otaknya rusak, bahkan meninggal dunia akibat demam.
Karena kekhawatiran yang berlebihan ini, para orangtua pun sering keli memberikan pengobatan yang berlebihan pada anak.
Langkah tersebut jelas kurang baik untuk kesehatan sang buah hati.
Lalu, apa saya mitos demam pada anak?
Dokter Spesialis Anak dr. Arifianto, Sp. A, lewat bukunya Orangtua Cermat, Anak Sehat (2012), memberikan gambaran berbagai mitos demam pada anak yang perlu diluruskan.
Berikut mitos demam pada anak yang harus diketahui orangtua:
1. Anak teraba hangat tak pasti demam
Mitos:
Anak teraba hangat, berarti mengalami demam.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Makin Tinggi Suhu Demam Risiko Kejang Kian Besar?
Fakta:
Badan anak akan terasa hangat setelah banyak beraktivitas, bermain seharian, menangis, dan berada di luar rumah saat tengah hari yang panas.
Setelah tenang, suhu tubuh akan kembali normal dalam dua puluh menit.
Pastikan dengan termometer untuk mengetahui demam atau tidak pada anak.
2. Demam berbahaya
Mitos:
Demam dapat membahayakan anak.
Fakta:
Demam menunjukkan aktivitas sistem imunitas tubuh untuk memerangi infeksi.
Suhu berkisar 37,8 – 40 derajat Celsius diketahui mempunyai manfaat untuk melawan infeksi.
3. Demam 40 derajat Celsius bisa rusak otak
Mitos:
Demam dengan suhu di atas 40 derajat Celsius dapat membahayakan dan merusak otak anak.
Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun
Fakta:
Demam yang terjadi saat tubuh mengalami infeksi tidak merusak otak.
Demam yang diketahui berisiko menimbulkan kerusakan pada otak adala dengan suhu di atas 42 derajat Celsius, misalnya pada anak yang terperangkap di dalam mobil pada suhu lingkungan yang tinggi.
Namun, kondisi demam seperti ini jarang terjadi.
4. Semua anak bisa alami kejang demam
Mitos:
Semua anak dapat mengalami kejang demam.
Fakta:
Hanya 4 persen anak berisiko mengalami kejang demam.
Baca juga: Alasan Air Hangat Lebih Tepat untuk Mengompres Anak Demam
5. Kejang demam bahayakan tubuh dan rusak otak
Mitos:
Kejang demam membahayakan tubuh dan menimbulkan kerusakan pada otak.
Fakta:
Kejang demam memang kondisi yang menakutkan dan membuat panit orang yang melihatnya.
Tapi, keadaan ini biasanya berlangsung tidak lama dari lima menit.
Kejang demam juga tidak menyebabkan kerusakan otak permanen.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang pernah mengalami kejang demam tidak berisiko menjadi gangguan perkembangan, gangguan belajar, atau epilepsi (kejang tanpa demam).
6. Demam harus segera ditangani dengan obat
Mitos:
Demam harus segera ditangani dengan pemberian obat penurun panas.
Baca juga: 3 Definisi Demam Berdasarkan Lokasi Pengukuran Suhu
Fakta:
Demam hanya diobati jika anak menjadi rewel dan gelisah (tidak nyaman).
Biasanya, kondisi tersebut terjadi pada suhu di atas 39-39,5 derejar Celsius.
7. Demam akan terus naik jika tak diberi obat
Mitos:
Demam yang tidak diberikan obat penurun panas akan terus naik suhunya.
Fakta:
Tidak benar demikian. Tubuh memiliki termostat di otak sehingga demam pada kondisi infeksi biasanya tidak melebihi 39,5-40 derajat Celsius.
Jarang sekali suhu tubuh anak saat demam mencapai 40,6-41,1 derajat Celsius.
Jikapun terjadi, kondisi tersebut jarang menyebabkan komplikasi.
Baca juga: Berapa Tinggi Demam yang Jadi Gejala Virus Corona? Ini Kata Dokter
8. Obat demam bisa buat suhu tubuh normal lagi
Mitos:
Demam yang diobati dengan obat penurun panas akan kembali mencapai suhu normal.
Fakta:
Biasanya obat penurun panas hanya bisa menurunkan suhu tubuh 1-1,5 derajar Celsius.
9. Jika suhu demam tak turun, ada penyebab serius
Mitos:
Jika tidak berhasil menurunkan suhu tubuh anak saat demam, berarti penyebabnya serius.
Fakta:
Demam yang tidak berhasil diturunkan dengan obat biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri.
Tidak ada hubungannya antara tingginya suhu dengan beratnya penyakit.
Baca juga: Cara Aman Mengukur Suhu Tubuh Melalui Anus
10. Anak tidak akan lagi alami demam setelah berhasil diobati
Mitos:
Jika demam berhasil diturunkan dengan obat, kemungkinan besar tidak akan terjadi demam lagi.
Fakta:
Demam yang terjadi pada mayoritas infeksi virus terjadi selama 2-3 hari.
Jika obat behasil menurunkan demam, biasanya demam masih dapat berulang muncul kembali.
Demam tidak akan kembali datang apabila daya tahan tubuh sudah berhasil mengalahkan infeksi. Di mana, anak dalam kondisi sudah sehat.
11. Semakin tinggi demam, kian berat penyakit
Mitos:
Semakin tinggi demam, maka semakin berat penyakit yang dialami anak.
Fakta:
Tingginya suhu tidak menggambarkan derajat penyakit.
Hal yang lebih penting untuk dilakukan adalah mengalami kondisi anak secara umum.
Jika anak tampak sakit, penyebabnya mungkin cukup serius.
Baca juga: Berapa Tinggi Demam yang Jadi Gejala Virus Corona? Ini Kata Dokter