Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Penyebab Sesak Napas Setelah Makan yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 02/11/2020, 15:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Mengalami sesak napas setelah makan bisa menjadi pengalaman yang sangat tidak mengenakan.

Ada banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan hal itu menimpa seseorang.

Jika hanya terjadi sekali atau tidak berulang, sesak napas setelah makan biasanya tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Namun, jika sering menyerang, sesak napas setelah makan bisa menjadi tanda adanya kondisi medis yang layak diwaspadai.

Baca juga: 4 Penyebab Pusing Setelah Makan dan Cara Mengatasinya

Berikut ini adalah beberapa penyebab sesak napas setelah makan yang dapat dikenali:

1. Alergi makanan

Sebagian orang bisa memiliki alergi makanan.

Kebanyakan gejala alergi makanan dapat muncul dalam beberapa menit atau jam setelah makan.

Merangkum Medical News Today, sesak napas setelah makan adalah salah satu dari beberapa gejala yang berhubungan dengan alergi makanan.

Orang yang mencurigai punya alergi makanan dapat berbicara dengan dokter terkait cara terbaik untuk penanganan sesak napas setelah makan maupun kondisi yang mendasirnya tersebut.

Seorang dokter mulanya dapat mendiagnosis alergi makanan dengan melakukan tes yang aman.

Tes mungkin termasuk mempersilakan pasien untuk mengonsumsi makanan yang dicurigai memicu alergi dalam jumlah kecil.

Melakukan tes atau pemeriksaan seperti ini penting mengingat cara terbaik untuk mencegah reaksi alergi adalah dengan menghindari makanan pemicu.

Baca juga: 9 Gejala Awal Kanker Paru-paru yang Harus Diwaspadai

Tidak ada pengobatan untuk alergi makanan, tetapi para peneliti saat ini sedang melakukan uji klinis untuk mencoba mencari tahu bagaimana orang dapat membangun toleransi terhadap makanan tertentu.

Sementara itu, untuk diwaspadai, sesak napas dapat mengindikasikan reaksi alergi yang jarang, tetapi berpotensi dapat mengancam nyawa yang dikenal sebagai anafilaksis.

Orang yang mengalami anafilaksis membutuhkan perhatian medis segera.

Tanda dan gejala anafilaksis di antaranya meliputi:

  • Sesak napas
  • Batuk berulang
  • Denyut nadi lemah
  • Gatal-gatal, ruam atau bengkak di kulit
  • Sesak di tenggorokan
  • Suara parau
  • kesulitan bernapas atau menelan
  • Mual, muntah, atau diare
  • Sakit perut
  • Perasaan malapetaka
  • Detak jantung cepat
  • Tekanan darah rendah
  • Pusing atau pingsan
  • Gagal jantung

Orang dengan reaksi alergi parah harus membawa EpiPen, yaitu perangkat medis yang memungkinkan orang menyuntikkan epinefrin sendiri untuk melawan reaksi alergi.

Setelah memberikan suntikan itu, seseorang harus menelepon layanan kesehatan darurat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Baca juga: Alergi: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Mengobati

2. Menghirup partikel makanan

Kadang-kadang, orang mungkin saja menghirup partikel kecil makanan atau cairan saat makan. Kondisi ini disebut aspirasi paru.

Orang dengan paru-paru yang sehat biasanya dapat mengeluarkan partikel-partikel ini melalui batuk.

Batuk dapat menyebabkan sesak napas jangka pendek, dan mungkin sakit tenggorokan.

Ketika paru-paru seseorang tidak cukup sehat untuk mengeluarkan partikel, mereka dapat mengembangkan pneumonia aspirasi.

Kondisi ini terjadi ketika partikel menyebabkan infeksi di dalam kantung udara salah satu atau kedua paru-paru.

Gejala pneumonia aspirasi meliputi:

  • Nyeri dada
  • Mengi
  • Sesak napas
  • Batuk yang menghasilkan dahak berbau busuk, berwarna hijau, atau berdarah
  • Bau nafas yang tidak sedap
  • Kesulitan menelan
  • Demam
  • Keringat berlebih
  • Kelelahan

Baca juga: 8 Gejala Awal Penyakit Pneumonia pada Anak

Perawatan untuk pneumonia aspirasi bergantung pada kesehatan seseorang secara keseluruhan dan tingkat keparahan kondisinya.

Dalam kebanyakan kasus, dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

3. Hernia hiatus

Hernia terjadi ketika suatu organ atau jaringan menekan dan mencuat ke bagian tubuh yang bukan tempatnya.

Sementara, hernia hiatus adalah kondisi di mana bagian lambung mencuat ke area dada melalui lubang diafragma (hiatus)

Hernia hiatus dapat menyebabkan sesak napas yang memburuk setelah makan.

Hernia paraesofageal adalah jenis hernia hiatus yang terjadi saat bagian lambung mencuat di samping pipa makanan.

Jika tumbuh terlalu besar, dapat mendorong diafragma dan menekan paru-paru, menyebabkan nyeri dada dan sesak napas.

Gejala ini mungkin lebih buruk setelah makan, karena perut yang kenyang meningkatkan tekanan pada diafragma.

Beberapa hernia paraesofagus tidak memerlukan pengobatan.

Baca juga: Cara Mengatasi Sakit Mag dengan Kunyit

Namun, seseorang mungkin memerlukan pembedahan jika mengalami gejala berikut:

  • Nyeri dada
  • Nyeri di perut bagian tengah atau atas
  • Kesulitan menelan
  • Sakit mag
  • gastroesophageal reflux disease (GERD)

Seorang ahli bedah biasanya akan memperbaiki hernia paraesophageal menggunakan operasi lubang kunci, atau operasi laparoskopi.

Dokter akan menempatkan kamera kecil yang menyala, yang disebut laparoskop, ke dalam pipa makanan (esofagus) untuk melihat dan menggerakkan perut kembali ke posisinya.

Operasi laparoskopi adalah prosedur invasif minimal, dan kebanyakan orang bisa sembuh total dalam waktu 4 minggu.

Baca juga: 3 Gejala Hernia (Turun Berok) yang Perlu Diwaspadai

4. Asma terkait GERD

Orang yang menderita asma mungkin mengalami sesak napas setelah makan, terutama jika mereka juga menderita penyakit GERD.

Asma adalah penyakit yang memengaruhi saluran udara di dalam paru-paru.

Pada asma, alergen atau iritan yang masuk ke paru-paru menyebabkan saluran udara menyempit. Ini memicu berbagai gejala pernapasan, termasuk:

  • Sesak napas
  • Mengi
  • Batuk
  • Sesak di dada

Sedangkan, GERD adalah gangguan pencernaan yang memengaruhi otot-otot di pipa makanan atau esofagus, yaitu saluran yang menghubungkan mulut dan perut.

Biasanya, otot di dalam pipa makanan semakin mengecil untuk menahan makanan di dalam perut setelah makan.

Ketika seseorang menderita GERD, otot-otot ini tidak menutup sepenuhnya, yang memungkinkan asam lambung dan makanan yang dicerna sebagian naik kembali ke pipa makanan.

Refluks asam ini bisa menyebabkan mulas.

Sayangnya, diperkirakan 89 persen penderita asma juga akan mengalami GERD.

Pada asma terkait GERD, asam lambung mengiritasi ujung saraf di pipa makanan.

Baca juga: 9 Makanan Penurun Asam Lambung yang Baik Dikonsumsi

Otak merespons dengan mempersempit saluran udara kecil di paru-paru, yang memicu gejala asma.

Terkadang, seseorang mungkin menghirup asam lambung ke paru-parunya. Hal ini dapat mengiritasi saluran udara dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas, batuk, dan dada sesak.

Kunci untuk mengobati asma terkait GERD adalah mengobati refluks asam.

Perawatan yang bisa dilakukan, termasuk:

  • Obat bebas (misalnya Pepcid A-C)
  • Makan lima atau enam porsi kecil sehari daripada tiga kali makan besar
  • Mengenakan pakaian longgar di sekitar pinggang
  • Menghindari berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan
  • Berhenti merokok

Baca juga: 5 Bahaya Nikotin dalam Rokok Elektrik

Orang dengan GERD juga dapat memilih untuk mengurangi atau menghindari makanan berikut karena dapat memicu refluks asam::

  • Gorengan dan makanan berlemak
  • Alkohol
  • Minuman berkafein
  • Cokelat
  • Permen
  • Jeruk dan buah sejenis lainnya
  • Bawang merah
  • Bawang putih
  • Produk berbahan tomat
  • Makanan pedas

5. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Melansir Very Well Health, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru progresif yang menyulitkan tubuh untuk mengeluarkan udara masuk dan keluar dari paru-paru.

Orang dengan PPOK mungkin mengalami sesak napas yang mengakibatkan penurunan tingkat energi. Ini dapat membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit.

Karena pernapasan dan pencernaan membutuhkan banyak energi, beberapa orang dengan PPOK mungkin menjadi sesak setelah makan.

Baca juga: Kanker Paru-paru: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Gejala umum PPOKlainnya termasuk:

  • Sering batuk
  • Sesak di dada
  • Mengi

Perut kenyang atau perut kembung dapat memperburuk kesulitan bernapas pada penderita PPOK.

Orang-orang mungkin melihat perbaikan pada gejala mereka jika mereka makan dalam porsi kecil dan sering daripada lebih sedikit makan besar, dan menghindari makanan yang menyebabkan gas dan kembung.

The COPD Foundation menawarkan beberapa tips lain untuk mengurangi sesak napas setelah makan, di antaranya yakni:

  • Istirahat selama 30 menit sebelum dan sesudah makan
  • Makan perlahan
  • Mengurangi makanan manis yang bisa menyebabkan kelelahan
  • Menghindari berbaring setelah makan
  • Menghindari makan saat sesak napas karena dapat memerangkap gas, yang memperburuk kesulitan bernapas

Baca juga: 3 Jenis Rokok Elektrik dan Bahayanya bagi Saluran Pernapasan

Kapan harus ke dokter?

Orang yang mengalami sesak napas terus-menerus setelah makan jelas perluke dokter.

Dokter akan melakukan tes untuk menentukan penyebab yang mendasari dan mungkin meresepkan obat untuk meredakan gejala.

Terkadang, sesak napas dapat mengindikasikan kondisi medis yang serius.

Menurut American Lung Association, penting untuk mencari pertolongan medis jika sesak napas terjadi saat istirahat, berlangsung lebih dari 30 menit, atau terjadi bersamaan dengan salah satu hal berikut:

  • Nyeri atau tekanan di dada
  • Kesulitan bernapas saat berbaring telentang
  • Mengi
  • Pusing atau sakit kepala
  • Demam, menggigil, dan batuk
  • Semburat biru di bibir atau ujung jari
  • Pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki

Baca juga: 11 Makanan yang Mengandung Lemak Tinggi tapi Justru Menyehatkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau