Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paranoia: Gejala, Penyebab, dan Penanganannya

Kompas.com - 30/07/2021, 15:02 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Paranoia adalah proses berpikir yang dapat mengakibatkan orang mengalami ketidakpercayaan dan kecurigaan yang irasional terhadap orang lain.

Pola pemikiran delusi ini mungkin melibatkan perasaan penganiayaan, membuat seseorang berpikir bahwa mereka berada dalam keadaan bahaya yang konstan.

Sementara pikiran paranoid sesekali biasa terjadi, jika seseorang mengalaminya untuk waktu yang lama, itu mungkin merupakan gejala dari kondisi kesehatan mental.

Merangkum dari Medical News Today, paranoia mengacu pada pikiran dan perasaan irasional dan gigih yang menyebabkan seseorang percaya bahwa orang lain mencoba untuk menyakiti, menipu, atau mengeksploitasi mereka.

Ini mungkin melibatkan orang yang merasa bahwa orang lain sedang menonton, mendengarkan, atau mengikuti mereka, meskipun ada sedikit atau tidak ada bukti yang menunjukkan hal ini.

Ketidakpercayaan yang tidak berdasar ini dapat mempersulit orang dengan paranoia untuk berfungsi secara sosial atau membentuk hubungan dekat.

Baca juga: Bukan Cuma Berat, Rindu Juga Berdampak Buruk Pada Kesehatan Mental

Beberapa orang mungkin menyebut pikiran paranoid sebagai delusi, yakni saat pikiran irasional dan keyakinan salah menjadi begitu teguh sehingga bahkan bukti yang bertentangan pun tidak dapat meyakinkan seseorang bahwa apa yang mereka pikirkan itu tidak benar.

Sementara pikiran paranoid ringan relatif umum, mengalami paranoia jangka panjang dapat mengindikasikan kondisi kesehatan mental.

Namun, penting untuk dicatat bahwa paranoia tidak selalu menunjukkan kondisi kesehatan mental.

Gejala

Gejala paranoia dapat bervariasi, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

  • kesulitan mempercayai orang lain
  • sulit menjalani hubungan
  • terlalu curiga pada orang lain
  • menganggap dunia sebagai tempat ancaman terus-menerus
  • perasaan penganiayaan yang terus-menerus
  • selalu bersikap defensif
  • agresif atau argumentatif
  • tidak mampu menghadapi kritik dengan baik
  • ofensif
  • tidak berkompromi
  • kesulitan memaafkan orang lain
  • merasa orang lain sering berbicara buruk tentang mereka
  • kepercayaan pada teori konspirasi yang tidak berdasar

Penyebab

Para ilmuwan masih tidak yakin penyebab pasti paranoia dan penelitian masih terus dilakukan.

Bukti menunjukkan bahwa kombinasi dari berbagai faktor kemungkinan berperan.
Penyebab potensial mungkin termasuk faktor berikut.

  • Genetika: Memiliki Gen tertentu dapat mempengaruhi seberapa besar kemungkinan seseorang untuk mengembangkan paranoia. Misalnya,artikel tahun 2018 menyoroti variasi genetik, yang dikenal sebagai SNP rs850807, yang sangat terkait dengan paranoia.
  • Kimia otak: Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimia yang memainkan peran kunci dalam fungsi otak dan mempengaruhi pikiran dan perasaan.
  • Trauma: Trauma masa lalu dapat mengubah pikiran dan perasaan seseorang. Misalnya, sebuah studi tahun 2017 mencatat bahwa trauma masa kanak-kanak secara signifikan terkait dengan keyakinan paranoid dan studi tahun 2019 menunjukkan bahwa hal itu dapat meningkatkan risiko psikosis .
  • Stres: Bukti menunjukkan bahwa paranoia mungkin lebih sering terjadi pada orang yang pernah mengalami stres parah atau berkelanjutan. Misalnya, sebuah studi tahun 2016 menunjukkan bahwa stres dapat menyebabkan paranoia dan strategi manajemen stres dapat membantu menguranginya.

Baca juga: Dampak Perselingkuhan bagi Kesehatan Mental

Penanganan

Jika pikiran paranoid menyebabkan penderitaan atau merupakan gejala dari kondisi kesehatan mental, perawatan berikut mungkin bermanfaat:

  • Terapi bicara: Jenis terapi ini dapat membantu seseorang untuk memahami pengalaman mereka dan mengembangkan strategi koping untuk mengelola pikiran paranoid.
  • Terapi seni dan kreatif: Ini mendorong orang untuk menyalurkan dan mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Ini mungkin bermanfaat jika orang mengalami kesulitan berbicara tentang pengalaman mereka.
  • Obat-obatan: Jika seseorang menerima diagnosis kondisi seperti skizofrenia, dokter mungkin menyarankan obat antipsikotik. Ini dapat membantu mengurangi pikiran paranoid dan memungkinkan seseorang untuk berpikir jernih dan logis. Obat antipsikotik juga dapat membantu orang yang tidak menderita skizofrenia tetapi mengalami pikiran paranoid yang menyusahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau