KOMPAS.com - Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat berkisar dari kondisi ringan hingga berat.
Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri atau virus, tetapi juga dapat disebabkan oleh infeksi jamur.
Penyebab umum pneumonia virus belakangan termasuk virus corona yang menyebabkan Covid-19.
Baca juga: Berapa Tinggi Demam yang Jadi Gejala Virus Corona? Ini Kata Dokter
Dilansir dari WebMD, banyak penelitian tentang penyakit telah menyelidiki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya dapat meningkatkan risiko infeksi dari virus corona.
Banyak dari penelitian ini menggunakan informasi kesehatan para penderita Covid-19 untuk membantu kita lebih memahami apa yang mungkin dapat menempatkan kita pada risiko lebih besar terkena penyakit parah atau kematian akibat Covid-19.
Sebuah studi berjudul “Predicting COVID-19 mortality with electronic medical records” yang diterbitkan npj Digital Medicine pada 2021 menemukan bahwa orang dengan riwayat pneumonia memiliki peningkatan risiko kematian akibat Covid-19, dan risiko ini paling besar di antara orang berusia 65–85,2 tahun.
Para peneliti telah menyimpulkan bahwa pernah menderita pneumonia di masa lalu adalah prediktor terbesar kedua kematian akibat Covid-19, dengan usia lanjut menjadi prediktor terbesar.
Tapi, penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa orang yang pernah memiliki satu kasus pneumonia di masa lalu lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal setelah terkena Covid-19 dibandingkan orang dengan penyakit paru-paru kronis, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Baca juga: 3 Cara Mendiagnosis Pneumonia yang Penting Diketahui
Dalam penelitian lain berjudul “Clinical characteristics of coronavirus disease 2019 in China” yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada 2020, peneliti menemukan sekitar 91 persen pasien rawat inap yang dites positif Covid-19 juga dinyatakan positif pneumonia.
Sementara, partisipan yang didiagnosis dengan gejala Covid-19 parah ditetapkan memiliki peluang 10 persen lebih besar terkena pneumonia dibandingkan yang tidak mengalami gejala parah.
Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa Covid-19 dapat berkontribusi pada pneumonia sekunder akibat Covid-19, terutama ketika orang memiliki gejala Covid-19 yang parah.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah mengonfirmasi bahwa risiko penyakit parah akibat Covid-19 meningkat seiring bertambahnya usia, dan orang yang berusia di atas 65 tahun berada pada risiko tertinggi.
Ini berarti penting bagi kelompok lanjut usia untuk mengurangi risiko mereka terpapar virus corona yang pada gilirannya berguna untuk menghindari pengembangan pneumonia sekunder akibat Covid-19.
Baca juga: 3 Penyebab Pneumonia yang Perlu Diwaspadai
Para peneliti telah mengidentifikasi faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia sekunder akibat Covid-19.
Faktor risiko ini meliputi:
Semua ini dapat tumpang tindih dengan faktor risiko penyakit parah, komplikasi, dan kematian akibat Covid-19.
Oleh karena itu, penelitian menunjukkan bahwa kondisi medis yang membuat orang rentan terhadap penyakit parah Covid-19 juga dapat berkontribusi terhadap berkembangnya pneumonia sekunder akibat Covid-19.
Sebagai catatan, terlepas dari informasi tentang kematian akibat Covid-19, penting untuk diingat bahwa sekitar 81 persen kasus Covid-19 dilaporkan termasuk ringan, sementara hanya 14 persen yang temasuk parah.
Selain itu, risiko terkena pneumonia akibat Covid-19 dilaporkan jarang terjadi pada populasi umum.
Baca juga: 8 Gejala Pneumonia yang Perlu Diwaspadai
Karena pneumonia menyebabkan alveoli di paru-paru terisi dengan nanah dan cairan, bernapas bisa terasa sakit dan sulit dilakukan.
Dilansir dari Very Well Health, pneumonia akibat Covid-19 dapat menyebabkan beberapa komplikasi kesehatan serius.
Ini mungkin termasuk:
Karena Covid-19 menyerang paru-paru, masuk akal jika memiliki Covid -19 pada ummnya akan menyebabkan komplikasi paru-paru.
Tapi, sampai saat ini, kiranya belum ada cukup data yang tersedia untuk mendukung kesimpulan ini.
Baca juga: 6 Komplikasi Pneumonia yang Perlu Diwaspadai
Meski demikian, penelitian yang telah ada memang menunjukkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan penyakit parah, termasuk pneumonia yang bisa berakibat fatal.
Sebuah studi pada 2020 yang dilakukan CDC pun menemukan bahwa di antara sekelompok orang dengan Covid-19, sekitar 70 persennya mengalami komplikasi dari pneumonia.
Selain itu, ditemukan bahwa orang dengan Covid-19 dua kali lebih mungkin terkena pneumonia dibandingkan dengan orang yang terkena flu (influenza).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pneumonia bakteri harus diobati dengan antibiotik, yang biasanya diresepkan di pusat kesehatan.
Jika gejala Anda parah, penting bagi Anda untuk menghubungi dokter atau mencari bantuan segera untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Gejala pneumonia parah termasuk:
Meskipun Covid-19 disebabkan oleh virus, pengidap penyakit tersebut masih dapat mengembangkan superinfeksi, yaitu infeksi ulang atau infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri.
Jika ini terjadi, antibiotik akan diberikan kepada pasien.
Untuk mencegah resistensi antibiotik, ketika antibiotik menjadi tidak berguna melawan bakteri, beberapa peneliti menyarankan untuk mengikuti “prinsip pengelolaan antimikroba” (pedoman seputar penggunaan antibiotik).
Baca juga: 6 Bahaya Pneumonia yang Perlu Diwaspadai
Selain itu, karena kasus pneumonia yang parah mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit, dokter harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa pasien dapat mengalami koinfeksi di rumah sakit.
Jadi, agar aman dan tidak menambah superinfeksi di antara pasien rawat inap, perlu diberikan antibiotik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.