Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Gangguan Kemih Akibat Diabetes yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 22/08/2021, 15:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Gangguan saluran kemih umum terjadi pada penderita diabetes tipe 2.

Penyebab gangguan saluran kemih pada penderita diabetes paling signifikan termasuk kerusakan saraf (neuropati otonom) yang mendukung struktur saluran kemih dan efek tingginya kadar glukosa (gula) dalam darah.

Karena perbedaan anatomi, cara diabetes tipe 2 memengaruhi sistem kemih dapat berbeda antara pria dan wanita.

Baca juga: 12 Cara Mencegah Komplikasi Diabetes yang Berbahaya

Tetapi, terlepas dari jenis kelamin seseorang, masalah saluran kemih terkait diabetes dapat secara signifikan memengaruhi kualitas hidup penderita setiap hari.

Berikut adalah gangguan kemih yang umum terjadi pada diabetes tipe 2:

1. Disfungsi kandung kemih

Melansir Very Well Health, lebih dari setengah orang dewasa dengan diabetes tipe 2 memiliki gangguan kandung kemih.

Penelitian telah menunjukkan bahwa yang paling umum dari gangguan kandung kamih, yang seringkali saling terkait, adalah:

  • Kandung kemih yang terlalu aktif, yakni ketika otot kandung kemih kejang atau berkontraksi bahkan ketika mengandung sangat sedikit urine. Hal ini menyebabkan urgensi kencing atau perasaan ingin buang air kecil sekarang juga
  • Poliuria, yakni produksi urine yang berlebihan, umumnya lebih dari 2,5-3,0 liter per hari
  • Nokturia, yakni sering terbangun di malam hari dengan keinginan untuk buang air kecil
  • Inkontinensia atau kebocoran urine

Ada dua penyebab umum disfungsi kandung kemih akibat diabetes.

Pertama, adalah kerusakan saraf baik itu yang terjadi pada kandung kemih itu sendiri maupun pada sfingter uretra.

Baca juga: 9 Gejala Awal Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai

Sfingter uretra adalah susunan otot yang terus membuka dan menutup atau berkontraksi untuk memungkinkan urine meninggalkan kandung kemih dan mengalir ke uretra, tabung tempat urine keluar dari tubuh.

Ketika otot ini tidak berfungsi dengan baik, urine bisa keluar tanpa sadar.

Peningkatan kadar gula darah dapat bertanggung jawab atas serangkaian masalah yang pada akhirnya berkontribusi pada poliuria.

Ketika ada tambahan gula dalam darah, tubuh menyedot cairan dari jaringan dalam tubuh untuk membantu mengeluarkannya.

Kelebihan gula disaring oleh ginjal, yang menarik air ke dalam urine, menyebabkan poliuria.

Pilihan pengobatan untuk disfungsi kandung kemih sendiri termasuk:

  • Obat-obatan
  • Metode pelatihan kandung kemih seperti waktu berkemih
  • Stimulasi listrik
  • Latihan Kegel
  • Pembedahan atau operasi

Baca juga: 6 Komplikasi Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai

Pilihan lainnya, yakni suntik Botox (onabotulinumtoxin A). Suntik Botox sering diresepkan untuk mengobati kandung kemih yang terlalu aktif pada orang dengan multiple sclerosis. Terapi ini telah terbukti bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki masalah kandung kemih karena diabetes.

2. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terkait diabetes dapat memengaruhi uretra, kandung kemih, atau ginjal.

Penelitian menunjukkan infeksi saluran kemih cenderung lebih parah, lebih umum, dan memiliki hasil yang lebih buruk bagi penderita diabetes tipe 2.

Infeksi ini juga mungkin disebabkan oleh bakteri yang sangat resisten terhadap pengobatan.

Gejala infeksi saluran kemih, termasuk:

  • Sering buang air kecil
  • Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil
  • Urine kemerahan atau keruh

Wanita mungkin mengalami sensasi tekanan di atas tulang kemaluan.

Baca juga: 11 Penyebab Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai

Sementara, pria mungkin merasakan kepenuhan di rektum.

Jika ginjal terlibat, gejala tambahan dapat terjadi, termasuk mual, nyeri punggung atau samping, dan demam.

Neuropati otonom dapat berperan dalam infeksi saluran kemih yang terkait dengan diabetes.

Seperti yang dijelaskan oleh American Diabetes Association (ADA), "Kelumpuhan kandung kemih adalah gejala umum dari jenis neuropati ini. Ketika ini terjadi, saraf kandung kemih tidak lagi merespons tekanan secara normal karena kandung kemih terisi dengan urine. Akibatnya, urine tetap berada di kandung kemih, menyebabkan infeksi saluran kemih".

Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menciptakan tempat berkembang biak yang subur bagi bakteri dan menyebabkan infeksi saluran kemih. Untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih, antibiotik biasanya diperlukan.

Baca juga: 6 Cara Mencegah Infeksi Saluran Kemih yang Bisa Mengancam Nyawa

3. Disfungsi seksual

Dilansir dari Medical News Today, saluran kemih terkait erat dengan organ serta struktur yang mendukung kinerja dan hasrat seksual.

Oleh sebab itu, ketika diabetes memengaruhi saluran kemih, kinerja dan hasrat seksual sering terkena juga.

Hal ini dapat berlaku untuk pria maupun wanita, tetapi dengan cara yang agak berbeda.

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), disfungsi seksual karena diabetes dapat terjadi sebagai akibat dari kerusakan saraf dan pembuluh darah yang mensuplai organ reproduksi dan atau struktur di sekitarnya.

Pengobatan untuk disfungsi seksual yang disebabkan oleh diabetes tipe 2 akan sangat bergantung pada sifat masalahnya.

Misalnya, seorang wanita yang mengalami rasa sakit saat berhubungan seks mungkin perlu mendapatkan bantuan dengan penggunaan pelumas.

Sementara seorang pria yang berjuang dengan disfungsi ereksi dapat mengambil manfaat dari pengobatan.

Baca juga: 2 Penyebab Disfungsi Ereksi yang Perlu Diwaspadai

4. Penyakit ginjal (nefropati diabetik)

Selain hipertensi, diabetes adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal kronis.

Menurut NIDDK, sekitar satu dari empat orang dengan diabetes akan mengembangkan penyakit ginjal atau biasa disebut juga sebagai nefropati diabetik.

Nefropati diabetik cenderung berkembang dalam jangka waktu yang lama karena kerusakan progresif pada struktur fungsional ginjal (nefron).

Ada lebih dari satu juta nefron di setiap ginjal, di mana masing-masing berisi sekelompok pembuluh darah (glomerulus) yang berfungsi untuk menyaring zat sisa dan membuang cairan serta elektrolit berlebih dari tubuh.

Ketika nefron tidak dapat melakukan ini dengan benar, limbah dan cairan dapat menumpuk di dalam darah alih-alih seharusnya dibuang meninggalkan tubuh.

Penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan sedikit gejala yang jelas sampai berkembang ke titik hampir gagal ginjal sebagai komplikasi yang berpotensi fatal.

Baca juga: 15 Gejala Penyakit Ginjal yang Perlu Diwaspadai

Menurut National Kidney Foundation, diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi adalah penyebab utama gagal ginjal.

Untuk alasan ini, sangat penting bagi penderita diabetes tipe 2 untuk menjalani tes rutin untuk tanda-tanda disfungsi ginjal.

Tes yang dapat digunakan termasuk tes ACR (albumin to creatinine ratio) dan GFR (glomerular filtration rate).

ACR adalah tes urine untuk melihat berapa banyak albumin (sejenis protein) dalam urine Anda. Kadar albumin tinggi adalah tanda awal kerusakan ginjal.

Sementara, GFR adalah ukuran fungsi ginjal berdasarkan tes darah. GFR Anda akan menentukan mana dari lima tahap penyakit ginjal yang Anda miliki.

Untuk mengatasi nefropati diabetik, kita perlu mengelola penyakit yang menyebabkannya.

Pada kasus diabetes, ini mungkin termasuk:

  • Mengendalikan glukosa darah dan tekanan darah
  • Mengurangi protein makanan
  • Minum obat seperti yang ditentukan oleh dokter

Pada dasarnya, mengambil langkah-langkah ini, serta membuat perubahan gaya hidup penting lainnya, seperti menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas, dan berhenti merokok diyakini dapat membantu mencegah atau mengobati semua gangguan saluran kemih akibat diabetes tipe 2.

Baca juga: 13 Gejala Penyakit Ginjal Kronis yang Perlu Diwaspadai

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com