Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekam Jejak 10 Varian Covid-19 dari Alpha hingga Omicron

Kompas.com - 14/12/2021, 14:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber WebMD, WHO, ABC News

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 belum berakhir hari ini sejak 2019 virus SARS-CoV-2 ditemukan di Wuhan dan masih terus bermutasi menjadi varian baru.

Sejauh ini, ada 10 varian yang telah diidentifikasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

WHO menggunakan tiga klasifikasi untuk mengkategorikan varian:

  • Varian yang menjadi perhatian (variant of concern/VOC)
  • Varian yang menarik (variants of interest/VOI)
  • Varian dalam pemantauan (variants under monitoring/VUM).

Mengutip ABC News, 5 dianggap varian perhatian dan 5 varian menarik. Enam sisanya sedang dipantau atau tidak lagi dianggap sebagai ancaman.

Kategori yang paling serius adalah varian yang menjadi perhatian (VOC), yaitu Omicron, Delta, Gamma, Beta, Alpha.

Kategori yang menarik (VOI) awalnya, yaitu Mu, Eta, Iota, Kappa, dan Lambda.

Berikut Kompas.com mengulas 10 varian Covid-19 yang dikenal secara luas yang dikutip dari berbagai sumber:

Baca juga: 16 Penyebab Nyeri Otot Gejala Penyakit Apa, Bisa Flu sampai Covid-19

1. Varian Alpha

Mengutip WebMD, varian Covid-19 Alpha memiliki kode B.1.1.7, merupakan kasus mutasi gen pertama yang dicatat oleh para ahli pada September 2020.

Varian Covid-19 ini pertama kali dideteksi pada orang-orang di Inggris tenggara. Setelah itu menyebar ke Eropa dan AS.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa mutasi ini dapat membuat virus hingga 70 persen lebih mudah menular.

Beberapa penelitian telah menghubungkan varian ini dengan risiko kematian yang lebih tinggi, tetapi buktinya tidak kuat.

Mutasi pada varian Alpha ada pada protein spike, yang membantu virus menginfeksi inangnya.

Itulah yang menjadi target vaksin Covid-19.

Vaksin Covid-19 tersebut membuat antibodi terhadap banyak bagian protein lonjakan.

Sehingga, tidak mungkin satu mutasi baru dalam varian Alpha akan membuat vaksin Covid-19 menjadi kurang efektif.

Mengutip Kompas.com, infeksi varian Alpha dapat memicu gejala, seperti:

  • Demam
  • Batuk dan sakit tenggorakan
  • Kehilangan indera perasa
  • Indera penciuman hilang
  • Sesak napas
  • Sulit berpikir jernih
  • Pusing
  • Malaise
  • Mual
  • Kelelahan dan nyeri otot.

Baca juga: Lebih Menular, Begini Cara Mencegah Varian Delta Plus

2. Varian Beta

Varian Covid-19 Beta memiliki kode B.1.351 yang kasusnya pertama kali ditemukan pada Mei 2020 di Afrika Selatan dan Nigeria.

Mengutip WebMD, varian Beta tampaknya menyebar lebih mudah dari pada virus asli, tetapi tampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih buruk.

Mengutip ABC News, Profesor Tony Cunningham co-director Center for Virus Research di Westmead Institute mengatakan varian Covid-19 Beta tidak "berjalan terlalu jauh", tetapi "kekhawatirannya adalah ia lebih tahan terhadap vaksin dari pada Alpha".

Misalnya, efektivitas vaksin Novavax turun dari 90 persen menjadi 60 persen terhadap Beta, tuturnya.

Namun akhirnya, varian Beta disalip oleh varian Delta.

Mengutip Kompas.com, infeksi varian Beta dapat memicu gejala, seperti:

  • Demam
  • Indera penciuman hilang
  • Sakit kepala
  • Batuk terus-menerus
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit perut (gejala khusus)

Baca juga: Tentang Covid-19 varian Omicorn yang Harus Kamu Tahu

3. Varian Gamma

Mengutip WebMD, varian Covid-19 Gamma yang memiliki kode P.1 pertama kali ditemukan pada November 2020 pada orang-orang Brasil yang telah berpergian ke Jepang.

Varian Gamma tampaknya lebih menular dari pada jenis virus sebelumnya dan memiliki potensi untuk menginfeksi orang yang sudah tertular sebelumnya.

Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa perubahan varian Covid-19 mungkin membantu varian Gamma menghindari antibodi untuk melawan virus corona.

Sebuah studi laboratorium menunjukkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech dapat menetralkan varian Gamma yang menyebar cepat.

Namun mengutip Kompas.com, tingkat keparahan varian Gamma diketahui cenderung kebal terhadap pengobatan Covid-19.

Infeksi varian Gamma dapat memicu gejala, seperti:

  • Demam
  • Batuk kering
  • Kelelahan ekstrem
  • Hilangnya daya penciuman

Baca juga: Minum Paracetamol setelah Disuntik Vaksin Covid-19, Boleh atau Tidak?

4. Varian Delta

Mengutip WebMD, varian Covid-19 Gamma yang memiliki kode B.1.617.2 ditemukan pertama kali di India pada Desember 2020.

Varian Delta ini menyebabkan lonjakan kasus yang sangat besar pada pertengahan April 2021.

Mengutip ABC News, varian Delta setidaknya dua kali lebih menular dari pada varian sebelumnya.

Satu orang dengan Delta akan menyebarkan virus ke antara 5-8 orang.

Sebagai perbandingan, seseorang dengan jenis virus asli dari Wuhan kemungkinan akan menularkannya kepada 2,5 orang.

Akibatnya, varian ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, memaksa banyak negara untuk memikirkan kembali respons pandemi mereka.

Varian Delta ditunjuk sebagai varian perhatian pada Mei 2021.

"Delta menyebar lebih cepat dari pada Beta, jadi Delta sampai ke orang-orang yang rentan, orang-orang yang tidak divaksinasi, lebih cepat dari pada Beta, jadi Beta tidak punya tempat untuk menginfeksi," kata Profesor Cunningham. 

"Jika Anda mengikuti lomba lari estafet, pada akhirnya pertanyaannya adalah siapa yang mencapai garis finis terlebih dahulu dan Delta mampu melakukannya," imbuh Profesor Cunningham tentang penyebaran varian Delta.

Mengutip Kompas.com, infeksi varian Delta dapat memicu gejala, seperti:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Batuk terus menerus
  • Flu parah
  • Sakit perut
  • Muntah
  • Mual
  • Nyeri sendi
  • Gangguan pendengaran
  • Kehilangan indera penciuman
  • Kehilangan selera makan

Mengutip ABC News, varian Delta lebih menyebabkan sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.

Baca juga: Perbedaan Gejala Demam Berdarah (DBD) dan Covid-19

5. Varian Lambda

Varian Covid-19 Lambda memiliki kode C.37 yang kasus pertama kali ditemukan di Peru pada Desember 2020.

Mengutip ABC News, varian Lambda ditetapkan sebagai varian yang menarik (VOI) oleh WHO pada Juni 2021, karena peningkatan infeksinya di wilayah Amerika Selatan.

Laporan awal menunjukkan varian Lambda bisa menyebar cepat dan sulit diatasi dengan vaksin Covid-19.

Pada April dan Mei 2021, varian Lambda menyumbang lebih dari 80 persen kasus Covid-19 di Peru dan juga lazim di Chili, Argentina, dan Ekuador.

Varian Lambda juga sampai ke Australia melalui seorang pelancong internasional di karantina hotel.

Saat ini varian Lambda menyumbang kurang dari 0,5 persen kasus Covid-19 di seluruh dunia.

Mengutip Kompas.com, infeksi varian Lambda dapat memicu gejala sebenarnya tidak jauh berbeda dengan varian Covid-19 awal, yaitu:

  • Demam
  • Batuk terus menerus
  • Kehilangan indera penciuman
  • Kehilangan indera pengecapan

Baca juga: Karantina dari Luar Negeri 5 Hari, Ini Pentingnya untuk Cegah Covid-19

6. Varian Kappa

Mengutip varian Kappa yang memiliki kode B.1.617.1 ditemukan pertama kali pada Oktober 2020 di India.

Mengutip WHO, varian Kappa diketagorikan sebagai varian yang menarik (VOI) oleh WHO pada 4 April 2021.

Baru pada 20 September 2021, statusnya diganti sebagai varian yang dalam pemantauan (VUM).

Mengutip ABC News, varian Kappa berkembang dari jenis yang sama dengan Delta.

Varian Kappa ini memicu lockdown di Victoria awal 2021 setelah menghapuskan aturan karantina hotel di Australia Selatan.

Mengutip Kompas.com, varian Kappa memiliki gejala yang mirip dengan varian Covid-19 lainnya, seperti:

  • Flu
  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Pegal-pegal
  • Batuk berkepanjangan
  • Mulut kering
  • Kehilangan indra penciuman dan pengecapan
  • Ruam di sekujur tubuh
  • Pilek
  • Mata merah dan berair

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan sejumlah orang yang terinfeksi varian Kappa pada awalnya juga mengalami gejala seperti campak.

"Untuk varian Kappa ini gejalanya sama dengan gejala awal campak, tapi dalam satu sampai dua hari pertama. Bedanya, varian Kappa tidak menunjukkan kelainan kulit seperti campak," ujar Dicky.

Baca juga: Yang Harus Dilakukan Orangtua Saat Anak Menunjukan Gejala Covid-19

7. Varian Eta

Varian Eta memiliki kode B.1.525 yang pertama kali ditemukan pada Desember 2020 di sejumlah negara, seperti Inggris Raya, Nigeria, Afrika Barat.

Mengutip WHO, varian Eta diketagorikan sebagai varian yang menarik (VOI) oleh WHO pada 17 Maret 2021.

Baru pada 20 September 2021, statusnya diganti sebagai varian yang dalam pemantauan (VUM).

Mengutip Kompas.com, varian Eta memiliki gejala seperti:

  • Suhu tinggi
  • Batuk terus menerus
  • Kehilangan atau perubahan pada indera pengecapan dan penciuman

Baca juga: Vaksin Covid-19 untuk Anak Mulai Berlaku, Berikut Rekomendasi IDAI

8. Varian Iota

Varian Iota memiliki kode varian B.1.526 dengan kasus pertamanya ditemukan di New York, AS pada November 2020. 

Mengutip WHO, varian Iota diketagorikan sebagai varian yang menarik (VOI) oleh WHO pada 24 Maret 2021.

Baru pada 20 September 2021, statusnya diganti sebagai varian yang dalam pemantauan (VUM).

Mengutip Kompas.com, para peneliti dalam studi ini berasal dari New York City Department of Helath and Mental Hygiene dan Mailman School of Public Health, Columbia University, AS.

Dalam temuan mereka, varian Iota memiliki kemampuan menular yang jauh lebih tinggi dibandingkan varian SARS-CoV-2 yang beredar sebelumnya.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan gejala varian Iota juga sama dengan varian Covid-19 lainnya.

Siti yang juga Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Indonesia itu menambahkan bahwa tidak ada yang spesifik dari gejalan dari varian Iota.

Baca juga: Susah Payah Transpuan Terhimpit di Pusaran HIV/AIDS dan Covid-19

9. Varian Mu

Varian Mu memiliki kode varian B.1.621 yang kasusnya pertama kali ditemukan di Colombia pada Januari 2021.

Mengutip ABC News, varian Mu ditetap sebagai varian yang menarik (VOI) oleh WHO pada Agustus 2021.

Sejak itu, varian Mu telah ditemukan di setidaknya 50 negara, tetapi mewakili kurang dari 0,5 persen kasus Covid-19 di seluruh dunia.

Klasifikasinya sebagai VOI berarti memiliki mutasi yang diprediksi atau diketahui mempengaruhi karakteristik virus, sepert penularan, keparahan, dan kekebalan, dan bertanggung jawab atas infeksi komunitas yang signifikan di banyak negara.

Pada saat penetapannya sebagai VOI, WHO mengatakan varian Mu memiliki "konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan".

Hal itu varian Mu berarti memiliki potensi untuk menyiasati vaksin Covid-19 dan kekebalan alami.

Dalam situs resmi NHS, varian Mu dilihat memiliki gejala yang sama dengan semua varian Covid-19 lainnya, seperti:

  • Demam
  • Batuk terus menerus
  • Kehilangan indera pengecapan
  • Kehilangan indera penciuman

Baca juga: Siapa Saja Orang yang Tidak Boleh Mendapat Vaksin Covid-19?

10. Varian Omicron

Varian Covid-19 Omicron memiliki kode B.1.1.529 yang kasusnya pertama kali dideteksi pada 11 November 2021 di Bostwana, Afrika Selatan.

Mengutip WebMD, para ahli di Afrika Selatan pertama kali melaporkan varian Omicron ke WHO pada 24 November 2021.

Afrika Selatan menemukan varian tersebut setelah infeksi Covid-19 tiba-tiba mulai naik.

WHO mengelompokkan Omicron sebagai varian Covid-19 yang menjadi perhatian (VOC).

Bukti awal menunjukkan bahwa varian Omicron menyebabkan pengulangan risiko infeksi yang lebih tinggi dibandingkan varian Covid-19 lainnya.

Menurut penelitian, varian Covid-19 Omicron dapat menginfeksi bahkan ketika seseorang telah divaksinasi sepenuhnya.

Namun, vaksin dan booster vaksin Covid-19 masih efektif mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian.

Varian Covid-19 Omicron kini telah terdeteksi di beberapa negara di dunia.

Baca juga: 8 Orang yang Tak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19

Di AS, kasus varian Covid-19 Omicron pertama diidentifikasi di California. Sejak itu, varian tersebut telah dilaporkan di beberapa negara bagian lain.

Mengutip Kompas.com, salah satu dokter Afrika Selatan penemu varian Omicron bernama Angelique Coetzee mengatakan, 7 pasien varian Covid-19 Omicron di kliniknya memiliki gejala yang berbeda dengan Delta.

Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan tersebut menambahkan bahwa pasien Covid-19 varian Omicron mengalami gejala ringan, seperti yang dilansir dari The Independent pada Senin (29/11/2021).

"Sebagiana besar dari mereka mengalami gejala yang sangat, sangat ringan, dan sejauh ini tidak ada yang menerima pasien darurat. Kami bisa merawat pasien ini secara konservatif di rumah," ujar Coetzee.

Coetzee yang juga menjabat di Komite Penasihat Menteri untuk Vaksin mengatakan bahwa pasien Covid-19 varian Omicron tidak ada yang melaporkan anosmia (kehilangan indra penciuman atau perasa) dan tidak ada yang mengalami penurunan kadar oksigen (sesak napas).

Para peneliti masih terus melakukan penelitian lebih lanjut terhadap varian baru Omicron yang dinilai lebih cepat menular dibandingkan berbagai varian lainnya.

Penularan varian Covid-19 Omicron lebih cepat 500 persen atau 5 kali lipat dibandingkan dengan virus aslinya, dan 4 kali lipat dibandingkan dengan varian Delta.

Baca juga: Masalah Kulit yang Banyak Dialami Penderita Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau