KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi selama kehamilan bisa berakibat fatal bagi ibu dan janin.
Bagi ibu, hipertensi bisa memicu eklamsia, stroke, dan pelepasan plasentas dari dinding rahim.
Pada bayi, tekanan darah tinggi juga bisa memicu kelahiran prematur, dan berat badan bayi rendah.
Tekanan darah tinggi juga bisa membuat suplai oksigen ke bayi berkurang. Bayi juga berpotensi kekurangan nutrisi untuk tumbuh dalam rahim.
Hipertensi pada ibu hamil bisa dideteksi dari gejala awalnya. Beberapa gejala yang menunjukan hipertensi pada wanita hamil antara lain:
Baca juga: Cara Pencegahan DBD, dari 3M Plus hingga Menjaga Daya Tahan Tubuh
Penyebab tekanan darah tinggi pada wanita hamil juga bermacam-macam. Berikut berbagai hal yang bisa memicu tekanan darah tinggi selama kehamilan:
Cara mudah mencegah hipertensi selama kehamilan adalah melalui perubahan gaya hidup.
Ibu hamil disarankan untuk rutin olahraga dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Selain rutin olahraga dan menerapkan pola makan sehat, Anda juga disarankan melakukan langkah berikut:
Baca juga: Nefropati Diabetik
Wanita dengan hipertensi kronis harus terus minum obat antihipertensi selama kehamilan mereka.
Namun, beberapa obat antihipertensi umum tidak cocok untuk dikonsumsi oleh wanita hamil, sehingga mereka harus konsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi obat apapun.
Hipertensi yang parah bisa memicu eklamsia. Penyedia layanan kesehatan dapat merekomendasikan obat antikonvulsif, seperti magnesium sulfat, untuk mencegah kejang pada orang dengan eklampsia atau preeklamsia.
Dalam beberapa kasus, wanita juga perlu melahirkan lebih awal untuk mengatasi efek dari tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.