Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Akibat Depresi pada Perubahan Bentuk dan Fungsi Otak

Kompas.com - 23/04/2022, 11:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Studi pada 2008, menemukan bahwa disfungsi kortikal amigdala-prefrontal dapat menyebabkan gejala sebagai berikut pada hampir semua orang akibat depresi:

  • Anhedonia atau hilangnya minat pada aktivitas yang pernah dinikmati
  • Disfungsi dalam cara seseorang memahami emosi
  • Hilangnya regulasi emosional yang memadai.

Baca juga: Apakah Kamu Merasa Depresi? Cek Tanda-tanda Ini...

3. Peradangan otak

Mengutip Healthline, peradangan otak juga dapat terjadi akibat depresi, di mana tingkat keparahannya tergantung pada lamanya penyakit mental itu berlangsung. 

Peradangan otak yang signifikan lebih mungkin terjadi pada orang dengan gangguan depresi persisten.

Sebuah studi kecil pada 2018 menemukan bahwa orang dengan MDD yang tidak diobati selama lebih dari 10 tahun memiliki 29-33 persen lebih banyak volume distribusi total translocator protein.

Volume distribusi total translocator protein merupakan indikator peradangan otak.

Karena peradangan otak dapat menyebabkan sel-sel otak mati, maka sejumlah komplikasi juga berpotensi terjadi.

Itu termasuk penyusutan dan pengurangan neuroplastisitas, yang merupakan kemampuan otak untuk berubah seiring bertambahnya usia seseorang.

Peradangan otak juga dapat menyebabkan berkurangnya fungsi neurotransmiter, pembawa pesan kimiawi tubuh.

Mengutip WebMD, peradangan otak yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan:

  • Menyakiti atau membunuh sel-sel otak
  • Mencegah sel-sel otak baru tumbuh
  • Menyebabkan masalah berpikir
  • Mempercepat penuaan otak.

Baca juga: Kenali Gejala Burnout dan Bedanya dengan Depresi

Apakah perubahan otak permanen?

Mengutip WebMD, akibat depresi seseorang dapat mengalami perubahan jangka panjang pada otaknya, terutama di hipokampus.

Itu mungkin mengapa depresi sangat sulit untuk diobati pada beberapa orang.

Perawatan depresi yang menurut penelitian dapat memulihkan kondisi, meliputi:

  • Antidepresan: bekerja untuk membantu mengendalikan stres dan emosi. Ada bukti bahwa obat ini dapat membantu otak membentuk koneksi baru dan menurunkan peradangan.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT): para ahli berpikir CBT menguatkan neuroplastisitas. Artinya, seseorang dapat memulihkan fisik otak dengan cara yang membantu depresi.

Selain penggunaan antidepresan dan CBT, beberapa perawatan depresi untuk tingkat ringan atau serius meliputi:

  • Penggunaan ketamin jangka pendek
  • Stimulasi otak
  • Olahraga
  • Meditasi
  • Perubahan pola makan yang sehat.

Baca juga: Terlihat Sama, Ini Beda Depresi dan PTSD

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau