Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2022, 19:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain menyebabkan demam berdarah, nyamuk juga dapat menyebarkan virus dan menyebabkan penyakit.

Flu tulang atau chikungunya adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami demam mendadak disertai nyeri sendi yang hebat. Ini mengapa kondisi ini disebut dengan flu tulang.

Baca juga: Waspadai Chikungunya pada Anak

Virus chikungunya dapat menginfeksi semua orang, mulai dari bayi hingga orang tua dan hingga saat ini masih belum tersedia vaksin untuk mencegah penyakit ini.

Meskipun umumnya tidak menimbulkan komplikasi serius, tetapi gejala penyakit ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama hingga berbulan-bulan.

Gejala

Dirangkum dari Centers for Disease Control and Prevention dan Everyday Health, gejala flu tulang biasanya muncul sekitar 3 sampai 7 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.

Berikut beberapa gejala chikungunya:

  • Demam tinggi, yaitu sekitar 38 derajat Celsius atau lebih
  • Nyeri otot dan sendi
  • Sakit kepala
  • Pembengkakan sendi
  • Konjungtivitis atau mata merah
  • Mual
  • Muntah
  • Kelelahan atau tubuh merasa lemas
  • Bercak atau ruam kemerahan pada kulit.

Flu tulang tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat memunculkan gejala yang parah, bahkan menyebabkan kelumpuhan sementara.

Seseorang yang pernah terinfeksi flu tulang menjadi lebih kebal dan terhindar dari infeksi selanjutnya.

Baca juga: 4 Cara Mengobati Chikungunya

Penyebab

Dikutip dari Everyday Health, flu tulang disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yaitu nyamuk yang juga menularkan virus demam berdarah.

Virus chikungunya tidak menyebar secara langsung dari orang ke orang, termasuk melalui ASI.

Penularan virus terjadi ketika nyamuk menggigit seseorang yang telah terinfeksi flu tulang sebelumnya lalu menyebarkan ke orang lain melalui gigitan.

Faktor risiko

Menurut WebMD, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terkena penyakit ini, yaitu:

  1. Bayi baru lahir
  2. Berusia lanjut atau di atas 65 tahun
  3. Menderita diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung.

Diagnosis

Melansir Everyday Health, dokter akan melakukan pemeriksaan darah atau tes serologi, seperti tes Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

Tes ELISA dapat mendeteksi keberadaan antibodi IgM dan IgG yang berkaitan dengan flu tulang atau chikungunya.

Kadar antibodi IgM biasanya sangat tinggi pada lima minggu pertama setelah gejala muncul dan dapat bertahan hingga dua bulan.

Pemeriksaan darah penting dilakukan karena gejala flu tulang hampir menyerupai gejala demam berdarah dan virus Zika.

Baca juga: Mengenal Gejala Chikungunya dan Cara Mencegahnya

Perawatan

Dirangkum dari Everyday Health dan Centers for Disease Control and Prevention, tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya.

Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk meredakan gejala. Berikut beberapa metode penanganan untuk meredakan gejala, yaitu:

  1. Antipiretik, untuk menurunkan demam
  2. Analgesik, merupakan obat pereda nyeri untuk menghilangkan rasa sakit akibat radang sendi, menurunkan demam, dan meredakan sakit kepala
  3. Minum banyak cairan
  4. Perbanyak minum dan istirahat.

Dikarenakan gejala chikungunya mirip dengan demam berdarah maka hindari penggunaan aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mencegah perdarahan.

Komplikasi

Mengutip Medical News Today, terdapat beberapa komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit ini, yaitu:

  • Uveitis, yaitu peradangan pada lapisan mata yang disebut uvea
  • Retinitis atau peradangan pada retina
  • Miokarditis, yaitu peradangan otot jantung
  • Hepatitis atau radang hati
  • Nefritis, yaitu peradangan pada ginjal
  • Meningoensefalitis atau radang selaput otak
  • Mielitis, yaitu peradangan pada saraf tulang belakang
  • Sindrom Guillain-Barré, yaitu gangguan sistem saraf langka yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

Baca juga: Waspadai Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Chikungunya

Pencegahan

Dirangkum dari Medical News Today dan Everyday Health, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk, yaitu:

  1. Gunakan pakaian dengan lengan panjang dan celana panjang sepanjang waktu
  2. Gunakan losion anti-nyamuk yang mengandung N,N-diethylmetatoluamide (DEET) secara berkala pada kulit dan pakaian
  3. Gunakan kawat anti-nyamuk pada ventilasi rumah
  4. Gunakan kelambu saat tidur
  5. Gunakan obat nyamuk bakar di luar ruangan untuk membantu mengusir nyamuk
  6. Hindari bepergian atau keluar rumah pada pagi dan sore hari.

Selain itu, terdapat beberapa cara untuk memberantas sarang nyamuk, meliputi:

  1. Kosongkan atau kuras tempat penampungan air
  2. Tutup rapat tempat penyimpanan air
  3. Buang atau jauhkan barang bekas yang dapat menampung air, seperti ban bekas dari lingkungan sekitar rumah agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau