Para peneliti menemukan bahwa kemarahan dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan umum (Generalized anxiety disorder/GAD).
GAD adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kekhawatiran berlebihan dan tak terkendali yang mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.
Tidak hanya kemarahan, kebencian juga dapat berkontribusi memperparah gejala GAD.
Baca juga: Kenali Marah yang Sehat dan Tidak Sehat
Mengutip Everyday Health, orang yang sering marah cenderung lebih depresi.
Hal itu telah ditemukan dalam sejumlah penelitian, terutama terhadap pria.
"Dalam masalah depresi, kemarahan pasif adalah hal biasa yang terkkait," kata Dr. Aiken.
Kemarahan pasif adalah kondisi di mana Anda marah, tetapi hanya fokus merenungkan masalah tanpa pernah mengambil tindakan penyelesaian.
Sehingga, saran pertama untuk Anda yang sering marah dan memiliki depresi adalah menyibukkan diri dan berhenti berpikir terlalu banyak tentang masalah tanpa solusi.
"Setiap aktivitas yang sepenuhnya mengalihkan fokus Anda adalah obat yang baik untuk marah, seperti golf, menjahit, bersepeda," ujarnya.
Baca juga: Marah dan Benci Bisa Rusak Kesehatan, Begini Solusinya
Mengutip Everyday Health, kondisi paru-paru yang tidak sehat dapat terjadi meski Anda bukan seorang perokok.
Efek sering marah dan suka memupuk kebencian dapat membuat Anda berisiko memiliki paru-paru yang tidak sehat.
Sekelompok ilmuwan Universitas Harvard mempelajari 670 pria selama 8 tahun dengan menggunakan metode penilaian skala kebencian untuk mengukur tingkat kemarahan dan menilai setiap perubahan dalam fungsi paru-paru mereka.
Pria dengan peringkat kebencian tertinggi memiliki kapasitas paru-paru yang jauh lebih buruk, yang meningkatkan risiko masalah pernapasan.
Para peneliti berteori bahwa peningkatan hormon stres, yang berhubungan dengan perasaan marah, menciptakan peradangan di saluran udara.
Baca juga: Ini 11 Efek Buruk dari Suka Marah Selain Bikin Darah Tinggi
Mengutip Everyday Health, orang yang hidup damai bahagia cenderung berusia panjang. Jika sering marah bisa sebaliknya.