"Kemarahan konstruktif tidak terkait dengan penyakit jantung," ujar Dr. Aiken.
Kemarahan konstruktif adalah kondisi di mana Anda dapat mengatasi emosi kesal dengan berbicara baik-baik secara langsung ke pihak lawan dan mengatasi frustasi dengan cara pemecahan masalah.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Sering Marah Bikin Darah Tinggi?
Mengutip Everyday Health, stroke adalah efek sering marah yang berbahaya dan harus dihindari.
Satu studi menemukan ada risiko 3 kali lebih tinggi mengalami stroke selama 2 jam setelah ledakan amarah.
Stroke terjadi karena bekuan darah ke otak atau pendarahan di dalam otak yang terjadi saat marah.
Untuk orang dengan aneurisma di salah satu arteri otak, ada risiko 6 kali lebih tinggi untuk terjadi pecahnya aneurisma setelah ledakan amarah.
Aneurisma otak adalah tonjolan berbentuk balon yang terbentuk di pembuluh darah otak.
Aneurisma otak yang bocor atau pecah bisa menyebabkan pendarahan ke otak atau disebut stroke hemoragik.
Baca juga: Mengapa Kita Merasa Mudah Marah Saat Lapar?
Mengutip Everyday Health, orang yang sering marah cenderung lebih mudah sakit.
Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan Universitas Harvard menemukan bahwa orang sehat yang sekadar mengingat pengalaman marah dari masa lalu menyebabkan mereka mengalami penurunan antibodi imunoglobulin A selama 6 jam.
Antibodi imunoglobulin A adalah garis pertahanan pertama sel melawan infeksi.
“Komunikasi yang tegas, pemecahan masalah yang efektif, menggunakan humor, atau menyusun ulang pikiran Anda untuk melepaskan diri dari pemikiran hitam, itu semua cara yang baik untuk mengatasinya,” kata Mary Fristad, profesor psikiatri dan psikologi di Ohio State University.
"Tapi, Anda harus mulai dengan menenangkan diri," imbuh Fristad.
Mengutip Everyday Health, kecemasan dan amarah dapat berjalan searah. Sehingga, efek sering marah akan meningkatkan kecemasan.
Hal itu ditemukan dalam sebuah studi 2012 yang diterbitkan dalam jurnal Cognitive Behavior Therapy.