Sayangnya karena tidak memicu pelepasan insulin glukosa ini hanya dapat digunakan jaringan saraf saja. Ini juga dapat memicu produksi dan pelepasan asetil kolin.
Akhirnya stres psikologis kembali meningkat. Kondisi awal glukoneogenesis didahului rasa lapar. Rasa lapar ini muncul akibat pemecahan lemak yang menghasilkan leptin. Leptin memberikan sinyal rasa lapar ke otak.
Jika asupannya tetap berupa biskuit, seperti anjuran saat ini, maka akan terus berulang proses di atas. Hasil akhirnya kondisi hiperglikemia. Hiperglikemia akibat glukoneogenesis berulang.
Hal ini akan menghalangi pelepasan hormon pertumbuhan. Hal ini juga mungkin mengakibatkan penyulit lain. Penyulit tersebut berupa diabetes dalam kehamilan atau diabetes gestasional.
Tingginya kadar glukosa darah memicu peningkatan tekanan osmotik. Peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan perpindahan cairan intra vaskuler. Perpindahan ini akan memicu peningkatan tekanan hidrostatik.
Terjadi urinasi berlebihan yang dapat memicu penurunan volume cairan dalam pembuluh darah. Penurunan ini bisa memicu reaksi kompensasi pelepasan vasopresin. Vasopresin akan bekerja pada arteri dan arteri kecil, termasuk arteri umbilikalis.
Arteri umbilikalis memberikan nutrisi kepada janin. Akibat penyempitan arteri umbilikalis, janin mengalami stres akibat kekurangan nutrisi. Sebagai kompensasi, trofoblast yang berada dalam placenta akan tertanam semakin dalam pada dinding rahim.
Trofoblast berfungsi sebagai penghubung sistem sirkulasi ibu dan bayi. Kondisi ini akan mengakibatkan peradangan setempat pada dinding rahim. Peradangan ini akan melepaskan berbagai mediator peradangan.
Salah satu mediator peradangan yang tinggi konsentrasinya saat kehamilan adalah prostaglandin. Prostaglandin memang secara alami meningkat dan dibutuhkan dalam proses kontraksi rahim saat kelahiran.
Pelepasan prostaglandin akibat insersi trofoblast akan mengakibatkan pelebaran kapiler. Dengan kompensasi ini janin akan memperoleh tambahan suplai nutrisi. Sayangngnya tidak hanya kapiler dinding rahim tapi juga kapiler di organ lain.
Selain itu suplai nutrisi pun menjadi berlebihan. Akibatnya pertumbuhan janin jadi berlebihan. Dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi besar. Di ginjal mengakibatkan pelebaran kapiler glomerulus. Akibatnya molekul protein yang normalnya tidak dapat melewati kapiler, lolos.
Akibatnya terjadi proteinuri. Selain lolosnya protein juga mengakibatkan pelepasan cairan ke urine. Terjadi kembali kondisi hipovolemik yang kembali memicu pelepasan vasopresin. Kondisi ini juga disertai menurunnya tekanan osmotik darah akibat lolosnya protein.
Akibatnya tekanan darah meningkat. Juga terjadi udem ( bengkak) akibat perpindahan cairan dari pembuluh darah. Kondisi ini disebut preeklampsia. Jika disertai kejang menjadi eklampsia.
Ternyata akibat pemberian gizi yang tidak tepat, khususnya karbohidrat, menimbulkan banyak masalah. Bukan hanya stunting, juga penyulit kehamilan lain.
Sebaiknya kebijakan program pencegahan stunting juga mempertimbangkan hal ini. Bukan hanya kecukupan gizi tapi ketepatan pemberian. Jangan sampai pemberian bantuan, menimbulkan masalah baru kehamilan.
Edukasi tentang peran hormon pertumbuhan jauh lebih penting dan efektif dalam mencegah stunting. Berikanlah porsi makan yang wajar pada ibu hamil. Batasi waktu makan dari waktu tidur setidaknya 4 jam. Hal ini agar tubuh mengalami kondisi hipoglikemia yang merangsang pelepasan hormon pertumbuhan.
Berikan situasi yang nyaman sebelum tidur. Agar tidak memunculkan stres yang juga menghambat pelepasan hormon pertumbuhan. Dengan cara ini, bukan hanya stunting dapat dicegah. Juga penyulit-penyulit lain dalam kehamilan. Ibu dan bayi sehat selamat. Keluarga kuat dan sejahtera.
Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.