Selain karena proses pemurnian bahan pelarut sirup atau obat cair, obat sirup juga bisa mengandung etilen glikol atau dietilen glikol dengan kadar di atas ambang batas normal ketika bahan beracun ini dicampurkan ke dalam pelarut yang tidak beracun.
“Ada juga yang disengaja. Produsen mencampurkan etilen glikol dan dietilen glikol ke dalam gliserin atau propilen glikol yang sebenarnya tidak beracun,” ungkap Bimo.
Temuan praktik curang itu terungkap ketika ada kasus keracunan dietilen glikol yang merenggut nyawa 365 korban di Panama pada 2006 lalu.
Berdasarkan penelusuran rantai bahan baku obat lintas negara mulai dari Panama, beberapa negara di Eropa, sampai ke China, ternyata ditemukan produsen bahan pelarut sengaja mencampurkan gliserol dengan dietilen glikol untuk memaksimalkan margin keuntungan.
Mengingat panjangnya rantai produksi pembuatan obat yang melibatkan banyak negara, menurut Bimo, mencari akar penyebab keracunan etilen glikol atau dietilen glikol terkadang membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama.
“Belum tentu di perusahaan obat di Indonesia, bisa jadi di distributor, atau di broker, atau di pabriknya. Itu pekerjaan sulit. Karena rantai produksi panjang sekali,” kata Bimo.
Baca juga: Kemenkes Rilis 3 Zat Berbahaya Diduga Penyebab Gagal Ginjal Akut pada Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.