KOMPAS.com - HIV/AIDS merupakan penyakit yang membuat orang merasa takut karena hingga saat ini belum ditemukan obat atau perawatan agar pasien bisa sembuh total.
Seperti diketahui, HIV (human immunodeficiency virus) merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan dan melemahkan pertahanan tubuh saat terserang infeksi.
Baca juga: Apa yang Perlu Dilakukan jika Tertular HIV? Ini Penjelasan Kemenkes
Tahap atau stadium lanjut dari HIV yang tidak diobati bisa berkembang menjadi AIDS. Pada fase AIDS, jumlah sel CD4 turun drastis di bawah 200.
Ketahui apa saja mitos dan fakta HIV/AIDS agar Anda terhindar dari penularan penyakit tersebut.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa HIV akan berkembang menjadi AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome.
Faktanya, deteksi dini dan perawatan dapat membuat orang hanya mengalami HIV selama bertahun-tahun tanpa pemburukan menjadi AIDS.
Hingga saat ini, masih banyak yang mengira bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan lewat sentuhan atau kontak fisik. Hal ini lantas menyebabkan orang dengan HIV/AIDS mengalami diskriminasi sosial atau dikucilkan.
Faktanya, kontak fisik atau sentuhan seperti jabat tangan, pelukan, menggunakan handuk yang sama, tidak menularkan HIV/AIDS.
Penyakit ini dapat menular melalui aktivitas seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik secara bergantian, atau proses pembuatan tato dengan peralatan yang tidak steril.
Baca juga: 4 Macam Infeksi Oportunistik Akibat Tertular HIV/AIDS
Saat didiagnosis mengalami HIV, kebanyakan pasien merasa terpuruk bahkan depresi. Bagaimana tidak, HIV/AIDS jamak dianggap sebagai penyakit yang paling cepat mengakibatkan kematian.
Faktanya, obat HIV yang tersedia saat ini dapat meningkatkan harapan dan kualitas hidup seseorang. Konsumsi obat-obatan secara teratur juga mencegah HIV berkembang menjadi AIDS.
Mitos bahwa gejala HIV mudah dikenali sepenuhnya keliru. Gejala atau tanda-tanda HIV sering tak disadari karena mirip dengan penyakit-penyakit umum.
Diketahui, gejala awal HIV mirip dengan flu atau mononukleosis yang meliputi:
Gejala-gejala tersebut dapat muncul dalam 10 hari hingga beberapa minggu. Gejala HIV juga dapat menghilang selama bertahun-tahun.
Karena itu, satu-satunya cara untuk mengetahui bahwa Anda mengidap HIV adalah dengan melakukan tes.
Salah satu tes untu mendeteksi HIV/AIDS adalah pemeriksaan darah. Di Indonesia, tes HIV/AIDS dapat dilakukan di puskesmas tanpa biaya alias gratis.
Baca juga: Mengenal Obat untuk Menurunkan Risiko Penularan HIV
HIV memang bisa diobati untuk mengatasi gejala pada pasien dan mencegah pemburukan menjadi AIDS. Ya, obat-obatan ARV dapat mengontrol virus dan membantu menjaga sistem kekebalan tubuh Anda.
Beberapa obat juga berfungsi dalam mencegah perkembangan virus.Selain itu, obat-obatan juga membuat virus HIV tidak bisa masuk atau memasukkan materi genetiknya ke dalam sel kekebalan Anda.
Meski demikian, infeksi ini tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan yang tersedia sekarang. Namun, Anda tetap dianjurkan melakukan perawatan untuk meningkatkan harapan dan kualitas hidup.
Mitos yang beredar menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu ODHA berpeluang tidak positif HIV.
Faktanya, ibu yang terinfeksi dapat menularkan HIV kepada bayinya selama kehamilan atau persalinan.
Namun, Anda dapat mencegah bayi mengalami komplikasi akibat HIV dengan terus mengonsumsi obat sesuai saran dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.