KOMPAS.com - Ibu hamil biasanya dianjurkan untuk menjalani tes laboratorium, termasuk skrining HIV (human immunodeficiency virus).
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) perlu dilakukan bumil untuk mengetahui kondisi ibu dan perkembangan janin.
Pemeriksaan kehamilan terdiri dari cek fisik secara rutin (sebaiknya 1 bulan sekali), penentuan usia kehamilan (termasuk menggunakan USG), cek riwayat kesehatan, hingga pemeriksaan laboratorium.
Baca juga: Apa yang Perlu Dilakukan jika Tertular HIV? Ini Penjelasan Kemenkes
Perlu diketahui, pemeriksaan laboratorium dilakukan pada trimester satu dan tiga kehamilan. Cek lab dilakukan dengan mengambil darah serta urine bumil.
Salah satu tujuan dari cek laboratorium adalah skrining HIV. Hal ini demi mengetahui apakah ibu hamil adalah orang dengan HIV/AIDS sehingga berpotensi menularkan virus tersebut kepada bayinya.
Jika ibu hamil positif HIV, dokter akan menyiapkan serangkaian perawatan atau pengobatan untuk mengurangi risiko penularan atau gangguan kesehatan pada bayi yang ada di kandungan.
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS menjelaskan, skrining HIV pada ibu hamil dapat mencegah menyebarnya HIV/AIDS di Indonesia.
"Kalau (sudah kena) di usia muda, di usia anak, berarti transmisi vertikal dari ibu ke anak masih berjalan,” kata Maxi dalam Peringatan Hari AIDS Sedunia 2022, Kamis (01/12/22), dilansir dari Antara.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes juga menjelaskan, kasus HIV/AIDS yang paling banyak mengenai anak-anak berasal dari pihak orang tuanya.
Hal lain yang juga dapat mengenai anak-anak adalah penularan melalui hubungan seks baik yang dilakukan oleh ibu sebelum hamil ataupun anak itu sendiri.
Bila melihat berdasarkan data yang Kemenkes miliki, orang yang paling banyak terkena HIV adalah usia produktif berkisar dari 19 hingga 49 tahun. Populasi usia itu, menduduki sekitar 60 persen dari total pasien yang ada.
“Ini berarti ada tanda awas bagi kita di Indonesia bagaimana konsentrasi harus sedini mungkin melakukan skrining pada ibu hamil,” ujar Maxi.
Karena itu, pemberian skrining pada ibu hamil sangat penting untuk diberikan. Pemerintah sendiri saat ini sedang menggalakkan skrining HIV yang dibarengi dengan pemberian skrining Hepatitis juga Sifilis.
Menurut Maxi dengan skrining yang dilakukan sedini mungkin, ibu dengan HIV dapat segera mendapatkan pengobatan Antiretroviral (ARV) yang membantu penyakit itu tidak menular ke anak-anak.
Baca juga: 6 Mitos tentang HIV/AIDS, Jangan Lagi Percaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.