Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa Pemulung TPA Kebon Kongok Lombok Barat Lepas dari Jeratan Stunting

Kompas.com - 11/02/2023, 08:01 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

"Pengepulnya per minggu baru ke sini. Dapatnya sekitar Rp200.000 sampai Rp250.000," beber dia.

Dengan upah tersebut, Baharudin perlu putar otak untuk memenuhi gizi anak-anak dan istrinya. Ia menyebutkan, keluarganya sangat jarang makan lauk daging, ikan, ayam atau asupan tinggi protein lainnya.

"Makan sayuran biasanya. Kadang kangkung, brokoli. Harga sayur murah di sini. Lauknya paling tahu dan tempe," beber dia.

Anak-anak Baharudin serta pemulung yang tinggal di TPA dengan penghasilan di bawah sejahtera; ditambah kondisi lingkungan yang tidak higienis karena polusi tanah, udara, dan sumber air rentan mengalami stunting atau kekerdilan.

Baca juga: Panduan Makan untuk Mencegah Stunting pada Anak

Berikan telur setiap hari

Seperti yang dikisahkan Aminah, 30. Ibu dua anak ini sudah 1,5 tahun bekerja menjadi pemulung di TPA Kebon Kongok.

Setelah lulus SD pada medio 2006, ia sempat memulung bersama teman-temannya. Tapi, aktivitas mencari uang untuk membantu ekonomi keluarganya itu berhenti karena ia harus merawat ibunya yang sakit.

Lantaran terdesak kebutuhan yang semakin banyak, wanita yang dikarunia anak berumur lima tahun dan 3,5 tahun ini kembali mencari duit dari sampah.

Sehari-hari, Aminah mengais sisa-sisa plastik bekas mulai jam delapan pagi sampai jam empat sore. Upayanya tersebut membuahkan hasil Rp200.000 per dua minggu.

Hasil kerja kerasnya tersebut digunakan Aminah untuk menambah penghasilan suaminya yang bekerja menjadi kuli bangunan. Ia juga berharap uang tersebut bisa memperbaiki gizi anaknya yang pernah didiagnosis stunting.

Baca juga: Bagaimana Kekurangan Gizi Menyebabkan Stunting?

"Anak saya usia 3,5 tahun. Tiga bulan lalu dikasih tahu posyandu kalau dia kena stunting. Berat badannya rendah selama dua bulan berturut-turut hanya 9,2 kilogram," ungkap dia.

Setelah itu, Aminah berusaha untuk memberikan asupan protein hewani, khususnya untuk anak keduanya.

"Dia suka telur. Setiap hari sarapannya pakai telur. Sekarang, berat badannya sudah naik 10,9 kilogram," ujar dia dengan mata berbinar.

Aminah bertekad terus bekerja keras demi anak-anaknya bisa sehat dan mendapatkan pendidikan yang baik. Selain anak keduanya yang didiagnosis stunting, anak sulungnya pernah mengalami ambien.

"Anak enggak saya kasih ikut ke TPA. Saya juga takut karena anak pernah sakit. Saya mau anak saya sehat dan tetap sekolah,” harapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com