Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes: Teknologi Wolbachia Efektif untuk Kurangi Kasus Dengue

Kompas.com - 14/11/2023, 09:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Penggunaan wolbachia menjadi inovasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menanggulangi dengue secara efektif.

Wolbachia adalah teknologi yang menggunakan bakteri untuk melumpuhkan virus dengue pada nyamuk aedes aegypti dan menurunkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.

Baca juga: Ketahui Pertolongan Pertama Demam Berdarah Dengue Menurut Dokter

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa teknologi wolbachia melengkapi strategi pengendalian dengue yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).

"Pemanfaatan teknologi wolbachia juga telah dilaksanakan di sembilan negara lain dan hasilnya terbukti efektif untuk pencegahan Dengue," kata Nadia dalam keterangan pers pada Senin (13/11/2023).

Baca juga: Kenali Prinsip 3M Plus untuk Cegah Demam Berdarah Dengue

Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.

Sebagai pilot project di Indonesia, penggunaan wolbacia dilaksanakan di lima kota, yaitu Kota Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang.

"Penetapannya berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue," ujarnya.

Baca juga: 2 Perbedaan Demam Berdarah dan Demam Berdarah Dengue

Efektivitas penggunaan teknologi wolbachia

Efektivitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh The World Mosquito (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija.

Nadia mengungkapkan bahwa penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

"Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia," terangnya.

Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.

Baca juga: Mengenal Imunisasi Dengue untuk Mencegah Demam Berdarah (DBD)

Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Sebelumnya, uji coba penyebaran nyamuk berwolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada 2022.

Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.

Dalam keterangan pers yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani menegaskan adanya penurunan penyebaran dengue yang signifikan setelah adanya penerapan wolbachia.

Baca juga: Ciri Khas Demam Dengue dengan Penyakit Lainnya

"Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015-2022) berada di bawah garis minimum,” terang Emma.

Ia mengungkapkan bahwa masyarakat pada awalnya memang memiliki kekhawatiran bagaimana pelepasan nyamuk bisa mengurangi (DBD).

Namun, seiring berjalannya waktu dan sudah ada edukasi, sosialisasi, sekarang masyarakat semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD.

Kendati demikian, keberadaan inovasi teknologi wolbachia tidak serta-merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian dengue yang telah ada di Indonesia.

"Masyarakat tetap diminta untuk melakukan gerakan 3M Plus, seperti Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang, serta tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan," ucapnya.

Baca juga: Kenali Tanda Kritis Dengue yang Bisa Mengakibatkan Kematian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau