Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curah Hujan Tak Menentu, Waspadai Penularan DBD

Kompas.com - 22/03/2024, 10:02 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Perubahan iklim yang membuat curah hujan tidak menentu menjadi salah satu faktor perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Penularan penyakit demam berdarah di berbagai wilayah Indonesia pun meningkat.

Kementrian Kesehatan mencatat, sampai dengan Maret 2024 total kasus demam berdarah dengue (DBD) mencapai 35.556 kasus dengan 290 kematian. Jumlah itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2023 pada periode yang sama.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Dr Imran Pambudi menyebutkan, beberapa daerah sudah menetapkan KLB, seperti Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab Nagekeo.

"Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) kita belum optimal. Hujannya juga aneh, bisa beberapa hari hujan terus, lalu 3-4 hari panas. Cuaca yang seperti ini justru berbahaya karena genangan airnya bisa jadi sarang nyamuk," kata Imran dalam acara temu media yang diadakan oleh Takeda Innovative Medicines di Jakarta (21/3/2024).

Baca juga: 688 Warga Kabupaten Bogor Terjangkit DBD Sejak Januari 2024, 10 Meninggal

Imran menyebutkan, tahun 2024 ini diperkirakan risiko penularan demam berdarah dengue akan semakin meningkat. Suhu global diperkirakan lebih panas dengan frekuensi hujan yang cenderung lebih sering.

Pentingnya deteksi dini

Untuk mencegah kematian akibat DBD, menurut Imran, yang terpenting adalah menemukan kasus seawal mungkin.

"Penanganan utama penyakit DBD adalah dengan terapi cairan, jika penyakitnya ditemukan lebih awal, bisa dimonitor lebih baik kondisi dehidrasinya," ujarnya.

Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Taman Sadi, dr.Nabila Salama menyebutkan, deteksi dini merupakan kunci mencegah keparahan dan kematian akibat DBD.

"Ketika mengalami demam, pertolongan pertamanya adalah minum obat penurun demam, tapi kalau sudah 24 jam tidak membaik, dan seperti sekarang sedang ada wabah DB, jangan tunda dan langsung periksa ke puskesmas atau klinik," ujar Nabila.

Baca juga: Waspada, Gejala DBD dan Influenza Mirip, Berikut Cara Membedakannya

Terkait pencegahan DBD, menurutnya penting agar setiap rumah memiliki penanggung jawab PSN.

"Tunjuk satu orang di tiap rumah untuk jadi penanggung jawab bagian bersih-bersih sarang nyamuk di rumah," katanya.

Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan menggunakan kelambu saat tidur, memakai losion anti-nyamuk, hingga melakukan vaksinasi.

Vaksin QDenga produksi Takeda sudah emndapat izin edar dari Badan POM. Vaksin ini bisa diberikan untuk orang berusia 6-45 tahun yang diberikan dalam dua dosis.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan, vaksin dengue QDenga saat ini sudah tersedia di rumah sakit swasta dan juga klinik vaksin di kota-kota besar di Indonesia.

Terkait harga, menurutnya harga vaksin sudah disesuaikan dengan kemampuan masyarakat di tiap-tiap negara.

Andreas mengatakan, selain vaksin, inovasi lain yang dilakukan pemerintah seperti nyamuk ber-wolbachia dan juga PSN harus tetap dilakukan.

"Seperti halnya saat kita melawan Covid-19, selain vaksin kita juga harus mencuci tangan dan pakai masker. Untuk DBD pun sama, selain vaksin, lakukan juga PSN di rumah," katanya.

Baca juga: Cegah Peningkatan Kasus Saat Musim Hujan, RSUD Tamansari Jakbar Buka Layanan Vaksin DBD

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau